Indahnya Ramadhan

Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa. Bulan yang ditunggu-tunggu pecinta surga. Pernahkan kita berpikir mengapa demikian saudaraku?? Hal tersebut karena pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu ibadah, amal, dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Ilahi terbuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu. Bulan dimana dijanjikan oleh_Nya rahmat (karunia), maghfirah (ampunan), dan itqun min al-nar (pembebasan dari api neraka). Puasa akan membangunkan hati Mukmin yang ‘tertidur’ merasa selalu diawasi Allah sehingga mencegah kemungkaran. Perut yang kenyang dapat memandulkan perasaan sehingga menjadikan hati keras, menyuburkan sikap liar, dan maksiat kepada Allah dan sesama manusia tetapi dengan puasa kita dapat merasakan kelaparan sesama sehingga menimbulkan empati bagi sesama dan solidaritas sesama muslim. Betapa indahnya bulan ini yang merupakan wahana memupuk solidaritas antar umat manusia. Dan pada akhir bulan keutamaannya disempurnakan dengan kewajiban membayar zakat fitrah sebagai manifestasi puncak solidaritas sosial tersebut.


Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Inilah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan lain selain bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Allah swt. mengistimewakan dengan menyebutkannya dalam kitab-Nya bahwa “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah:185). Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya, Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalangi-nya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa ‘at untuknya.’ Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafaat untuknya (HR. Imam Ahmad dan Ath Thabrani). Jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani dan memperbanyak pada sisi ruhiah. Dalam keadaan seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, karena ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Karena itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.
Keistimewaan lainnya dibulan Ramadhan adalah bahwa Allah SWT membuka peluang lebar-lebar bagi kita untuk membersihkan dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan asal kita melaksanakan puasa Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas serta tidak melakukan dosa-dosa besar. Kesalahan adalah manusiawi. Muslim yang baik bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, karena itu tidak mungkin. Sudah menjadi tabiat manusia melakukan kesalahan dan kekhilafan. Di samping dorongan hawa nafsu dan tarikan lingkungan juga karena memang setan telah berjanji akan terus menggoda manusia. Akan tetapi, kata Nabi, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bersegera bertobat. Betapa indahnya bulan ini, dimana Allah membuka pintu ampunan lebar-lebar atas segala dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan apbila kita mau bertobat. Tentang hal ini, Nabi menyatakan ”Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Ahmad)”. ”Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan menghapus dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi. (HR Muslim)”.
Betapa mulianya bulan ini, dimana di dalamnya Allah yang Maha Pemurah menjadi lebih pemurah lagi. Dilipatkangandakan-Nya perhitungan pahala orang yang berbuat kebajikan. Siapa saja yang melakukan ibadah sunnah dihitung melakukan kewajiban dan yang melakukan kewajiban dilipatkangandakan pahalanya. Sesungguhnya engkau akan dinaungi bulan yang senantiasa besar lagi penuh berkah, bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar pahalanya surga. Ramadhan adalah bulan pemberian pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang Mukmin. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Apa yang akan kita peroleh dari bulan yang mulia ini tergantung pada diri kita masing-masing. Semuanya tentu berpulang pada bagaimana kita memaknai puasa Ramadhan itu sendiri. Bila puasa dimaknai sekadar tidak makan dan minum serta  tidak melakukan yang membatalkan puasa, tentu hanya itu pula yang bakal didapat.  Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan betapa banyak orang yang menghidupkan malam tidak mendapatkan apa-apa kecuali begadangnya saja. Apakah itu pilihan kita saudaraku?? Tentu tidak. Puasa harus dimaknai lebih dari sekedar itu, puasa adalah amal ibadah dimana didalamnya penuh dengan kebaikaan, kebajikan dan berkah dimana kita harus senantiasa menjaga ibadah puasa kita dari perkara-perkara yang sia-sia. Mau melewatkan waktu selama Ramadhan dengan sia-sia atau meraih keutamaan-keutamaannya adalah tergantung kemauan dan pilihan kita.

Sambut Ramadhan 1433 H



Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islam harus mengambil keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama di 10 terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw. menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.


Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.

Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).

Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu  yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.

Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada   sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).

Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehinggam ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.

Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah) 
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman:
 « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11).

Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).

Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.

Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).

Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud 52)

Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar
kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalamm berbagai bidang kehidupan.

Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan

Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari mperbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya.

Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.

Paradigma Gerakan KAMMI




1. KAMMI adalah Gerakan Da’wah Tauhid
  • Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah swt. 
  • Gerakan Da’wah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin). 
  • Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar) 


2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik
  • Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal 
  • Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal 
  • Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik. 
  • Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan pemikiran yang menjangkau realitas rakyat dan terlibat dalam penyelesaian masalah rakyat. 


3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen
  • Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid. 
  • Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan. 
  • Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi. 
  • Gerakan Sosial Independen bertujuan menegakkan nilai sosial politik yang tidak bergantung dengan institusi manapun, termasuk negara, partai maupun lembaga donor 


4.KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer
  • Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter. 
  • Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal. 
  • Gerakan Ekstraparlementer berarti tidak menginduk pada institusi parlemen maupun pembentuk parlemen (partai politik dan senator). Independensi sikap politik bulat utuh tanpa intervensi partai apapun. 
  • Gerakan Ekstraparlementer bergerak di luar parlemen dan partai politik, sebagai representasi rakyat secara independen.

FIQIH HUMAS GERAKAN


Siapa yang tidak kenal Al-Jazeera di dunia pemberitaan? Saya kira, nama ini pasca “Tragedi 9/11” cukup akrab di telinga para wartawan dan aktivis pergerakan. Stasiun televisi yang terletak di Doha, Qatar, ini kerap mengungkap pemberitaan yang cukup mengimbangi reportase media massa Barat dalam berbagai kasus Dunia Islam. Terlebih, stasiun televisi ini sering mempublikasikan keberadaan dan wawancara ‘The Most Wonted’ Osama bin Laden yang membuat para penguasa AS berang. Di luar dugaan, setelah dilacak ternyata Al-Jazeera yang menghebohkan itu adalah stasiun televisi kecil, kantornya pun sederhana.
Apa yang membuat istimewa dari Al-Jazeera sehingga meresahkan Barat? Salah satunya adalah jaringan. Begitu juga, mengapa komunitas Barat yang besar itu pun cukup takut dengan masih hidupnya Osama bin Laden, sehingga mereka begitu semangat menghabiskan dana melobby sana sini, menyelenggarakan konferensi internasional dan aliansi untuk ’sekedar’ mendefinisikan dan merumuskan kerangka kerja penangkapan para ’teroris’ jaringan Osama itu? Jawabanya  masih di Jaringan. Jaringanlah yang membuat seseorang atau organisasi terasa lebih besar. Semakin luas dan kuat jaringan sebuah pergerakan maka semakin kokoh pula daya dukungan pergerakan tersebut. Dalam konteks pergerakan KAMMI, Hubungan Masyarakat (Humas) merupakan kunci jejaringan itu.
* * *


Tulisan ini sedikit memberikan sumbangsih mengenai fiqh kehumasan sebuah gerakan. Tepatnya mengelaborasi beberapa taujih (petunjuk) Rabbani yang berkenaan dengan kehumasan yang terdapat di dalam al-Qur’an. Namun, dalam tulisan ini saya memaknai humas dalam dua dimensi: Bidang Kehumasan dan juga spirit kehumasan kader dan pengurus. Keduanya dibahasa secara berbaur, sehingga tidak ada demarkasi antara siapa yang melakukan apa, tapi semua bekerja dengan kesadaran yang sama. Sebab masalah kebidangan hanya masalah siapa yang diamanahi secara struktural, tapi tanggung jawab berhubungan dengan elemen masyarakat adalah tanggung jawab semua.
Terlepas dari pembedaan istilah mana tepat antara Humas dan PR (Public Releation), humas yang saya maksud adalah mereka yang bekerja dalam tiga paradigma kerja: positive image building (pencitraan), networking (jejaring), dan jurnalisme.
Di dalam al-Qur’an, tiga paradigma kerja humas tersebut terintegrasi dalam satu spirit, visi dan misi, yakni kemenangan Dakwah. Kerja-kerja pencitraan, penjaringan, dan jurnalisme akan memiliki elan vital jika ditopang dan berawal dari kekuatan dasar ideologinya. Tanpa spirit ini, kerja-kerja kehumasan terasa tanpa ruh dan tampak berjalan sendiri-sendiri tanpa ada sambungan dan keterkaitan satu dengan lainnya. Jika hal ini tidak diresapi oleh kader dan pengurus yang diamanahi akan berdampak pada kelunturan energi dakwah gerakan tersebut.


Pencitraan a la Nabi Yusuf a.s
Surat Yusuf, menurut Amru Khalid, penulis buku Pesona Al-Qur’an, menggambarkan sosok Nabi Yusuf bukan sebagai nabi, tapi manusia biasa. Penjelasan mengenai kenabiannya justru diungkap di surat yang lain.  Hikmah yang terkandung dari ilustrasi demikian, bagi kita, adalah bahwa dinamika Yusuf adalah problem yang dapat dipecahkan secara manusiawi, tanpa harus menunggu wahyu turun kembali ke bumi.


Satu kasus yang terkenal adalah fitnah wanita yang mengakibatkan dia masuk ke bui. Penjara adalah pilihan sadar Yusuf dari pada harus hidup di istana megah. Dari sini kemudian, beliau banyak berkontribusi memecahkan berbagai kasus, termasuk teka-teki mimpi Raja Mesir ketika itu. Al-kisah, setelah kasusnya terpecahkan melalui jawaban yang dititipkan pada utusan raja, Yusuf pun dipanggil menghadap Raja. Yusuf tahu, Raja amat membutuhkan orang yang dapat menjalankan grand program-nya sebagai antisipasi atas nasib sebuah bangsa selama 14 tahun di masa depan. Tapi Yusuf sadar, pengalamannya dijebloskan ke penjara menyisakan imej negatif di masyarakat yang akan menghalangi kelancaran kerja kenegaraan dan dakwahnya kelak. Karena itu beliau meminta citranya dibersihkan. Al-Qur’an merekam kejadian ini dengan memukau, bahwa kesalahan yang menyebabkan dia masuk ke penjara bukanlah kesalahan dirinya. Pengakuan ini diberikan oleh masyarakat bukan dari Yusuf. Citra Yusuf sudah positif, karena dirinya sendiri sejak semula telah menjaga nilai kebaikan itu.


Raja berkata: "Bawalah dia kepadaku." Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: "Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mereka."
Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" Mereka berkata: "Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya". Berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar."
(Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar dia (Al Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang  yang berkhianat.
 (QS. Yusuf: 50-52)



Membangun citra positif gerakan menuntut kita untuk konsisten dengan nilai baik yang dibawa gerakan tersebut. Untuk memperoleh daya dukung lebih, citra positif tidak cukup dengan tampil baik dan elegan semata, gerakan pun harus proaktif membangun citra yang diterima masyarakat luas.


Networking di Surat Yasin
Mari kita tadabburi sejenak ayat-ayat 13-21 surah Yasin ini:


Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (13) (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga  utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang diutus kepadamu". (14)
Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka". (15)
Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu". (16) Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". (17)
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami". (18)
Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". (19)
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu". (20) Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (21)

Fragmen seorang lelaki yang bergegas dari ujung kota menunjukkan bahwa dakwah yang disampaikan oleh para utusan (nabi) tersebut sudah masuk dan terdengar ke pelosok-pelosok negeri, tetapi Dakwah di pusat perkotaan sendiri tidak cukup masif diterima—karena harus diuji validitas kerasulannya—padahal Allah telah memperkuat barisan dakwah dengan mengutus tiga Rasulullah. Seakan terdapat isyarat fenomena sosial bahwa kebenaran dakwah yang diserukan oleh ’internal’ utusan/gerakan tidak cukup kuat jika tidak didukung oleh kekuatan jaringan masyarakat/tokoh dari pihak mereka yang didakwahi.


Jurnalisme Investigatif Hudhud
Burung Hud-hud adalah bagian dari ‘pegawai’ kerajaan Nabi Sulaiman. Sempat ketika Sulaiman mengadakan koordinasi kerajaan, Beliau mengecek terlebih dahulu para pengurus kerajaan. Satu per satu diabsen. Dan ketika Beliau memanggil Hudhud, tidak ada yang menyahut. Sulaiman pun marah, karena ada stafnya yang indisipliner. Kejadian ini termaktub di dalam surah An-Naml:


Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang". (QS. An-Naml: 20-21)


Namun ternyata ketidakhadiran Hud-hud, sebagai burung informan Nabi Sulaiman, justru ia tengah bekerja dalam bingkai dakwah juga di luar jam kerjanya. Hud-hud tengah melakukan jurnalisme investigatif, sebagaimana diceritakan di dalam ayat berikutnya:


Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang meyakinkan. (22)


Berikut hasil reportasenya:


Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita (Balqis) yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. (23-25)


Hasil repotase ini diungkapkan dengan teliti dan penuh kekaguman, namun Hud-hud sadar dirinya juga sebagai da’i yang membawa misi dakwah tauhid, maka kekagumannya ditepis bahwa yang memiliki singgasana yang besar adalah Allah semata, dengan berita penutup:


Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar". (26)


Pengalaman Hud-hud di atas merupakan pelajaran berharga yang dapat kita terapkan dalam gerakan dakwah kita saat ini. Pertama, setiap prajurit dakwah adalah da’i yang membawa semangat dakwah tauhid. Kedua, setiap da’i bekerja untuk selalu up to date terhadap realitas medan dakwahnya. Ketiga, jiwa dan pikiran seorang aktivis pergerakan tersimpul dalam kata proaktif. Keempat, karena kita beramal jama’i, maka seorang staf harus selalu koordinasi dengan mas’ulnya, melaporkan hasil tugasnya, mas’ul pun demikian, bekerja sebagai pemimpinnya (QS. An-Naml: 27-28).


Menjadi Humas Progresif
Bekerja sebagai bagian dari PR atau Humas adalah pekerjaan yang menyenangkan. Selain diri kita terlatih untuk dapat membangun porfermance yang baik, juga kita dapat membangun relasi yang luas. Silaturrahim, kata Rasulullah, dapat memperpanjang usia dan memperbanyak rezeki. Memang sabda ini benar adanya. Usia misi hidup kita menjadi panjang walaupun kita sudah tiada. Usia karya hidup kita pun akan lebih lama karena pintu-pintu kebaikan yang kita buka bagi kolektivitas gerakan kita karena kemudian akan dilanjutkan generasi berikutnya. Oleh karena itu, tiada kata putus asa dengan pekerjaan ini, yang tersisa hanyalah satu: progresivitas. Barang siapa yang aktif maka sebenarnya ia tengah menyiapkan tempat yang menyenangkan bagi dirinya...ujar al-Qur’an (faman ’amila shalihan fali-anfusihim yamhadun)
Setidaknya ada tiga hal yang menjadikan kehumasan kita menjadi Humas yang Progresif. Berikut Trend PR yang sekarang tengah berkembang:
  • Berpikir Holisitik-Integralistik
    Ada dua makna yang dimaksud dengan berpikir holisitik dan integralistik. Pertama, Humas gerakan harus memahami visi dan misi gerakan secara menyeluruh, bahkan menjiwainya lebih mendalam. Dalam hal ini juga, seorang kader Humas harus up to date terhadap program kerja yang tengah dilakukan bidang-bidang yang lain, sehingga tidak terjadi gagap informasi internal ketika ditanya orang lain.
    Kedua, dari misi gerakan ke stakeholders gerakan. Maksudnya, Humas harus mampu menerjemahkan berbagai kehendak gerakan sesuai dengan keinginan publik atau stakeholder. Di antara keduanya mungkin terjadi kontradiksi, nah kerja humas adalah mengkomunikasikannya dengan kreatif. Gerakan yang kekeh tapi tidak memiliki kepekaan sosial alih-alih akan diasingkan masyarakat.
  • Bekerja sebagai Strategic Tools
    Yang dimaksud dengan ‘alat strategis’ di sini bahwa Humas harus bekerja sebagai pekerja ahli yang mengatasi segala persoalan gerakan. Ketahuilah bahwa Humas adalah tangan kanan pemimpin gerakan, yang karenanya selalu mewakili pemimpin dalam berbagai persoalan, terutama menyangkut kebutuhan eksternal. Oleh karena itu, kader yang ada di Humas harus menyadari akan posisi strategis dirinya yang membawa peran signifikan.
  • Cendekiawan PR Kreatif
  1. Dari Gagasan ke Media Tulis
    Menjadi Humas gerakan merupakan kesempatan berharga untuk mengaktualisasikan potensi kecendikiawanan. Humas harus terlatih untuk menuliskan reportase, statement/ pernyataan sikap gerakan, ulasan kasus, wawanacara Ketua Umum/Sekjen/Bidang terkait, dan ide-ide brilian anda. Sosialisasi gagasan/wacana yang dimiliki gerakan akan lebih dinamis jika ditopang oleh Humas yang terlatih meramu gagasan menjadi tulisan yang dapat dibaca dan ‘dicicipi’ orang lain.
  2. Dari Tulisan ke Media Visual
    Jhon Naisbitt, seorang futurolog terkenal penulis Megatrend 2000 di tahun ’90-an, di buku terbarunya, Mind Set (2007), mengatakan bahwa masa depan terletak di masa kini. Menurutnya, tren budaya masa depan lebih didominasi oleh tren visual. Buku novel tebal yang memuat ribuan kata akan diambil alih oleh fragmen visual beberapa menit. Begitu juga rancang bangun rumah masa depan adalah rancang bangun yang visualistik (kreatif) tidak semata kubus atau berbaris rapi. Di sini Humas harus lebih kreatif untuk mendokumenkan berbagai gagasan, acara, promosi gerakan, dll, secara digital, visualis, dan kreatif. Begitu juga dalam mengemas gagasan ideologi gerakan.
  3. Dari Media ke Performance Pribadi
    Selain kreativitas karya-karya kehumasan, secara pribadi pun seorang Humas harus tampil terampil dalam pribadinya. Humas dapat bekerja dengan berbagai performance, sesuai perannya: PR itu sendiri, reporter, dokumenter, atau mewakili bidang lain.

Bentuk-bentuk Komunikasi Qur’ani
Sebagai seorang Humas bagi sebuah gerakan politik mahasiswa yang bernapaskan dakwah, perlu juga menguasai performance komunikasi qur’ani berikut ini:


Ø Qoulan Kariman (komunikasi yang mulia)
Bentuk komunikasi kariman ini ditujukan pada generasi yang berinteraksi dengan orang tuanya. Generasi yang lebih tua dan lebih dahulu mengenyam pengalaman adalah tempat kita untuk menyerap berbagai pengetahuan dan ilmu kehidupannya. Sebagai seorang kader dakwah, tugas utamanya adalah banyak belajar pada para pakar/tokoh sezaman yang masih hidup di zamannya.


Ø Qoulan Layyinan (komunikasi yang lembut)
Di dalam Al-Qur’an, kalimah ini digunakan ketika Allah memerintahkan Musa agar menemui Fir’aun dengan bahasa yang layyin. Komunikasi seperti ini adalah teknik diplomasi gerakan profetik mengkomunikasikan pesan gerakkannya pada penguasa.


Ø Qoulan Maisuran (komunikasi yang memudahkan)
Perkataan yang memudahkan merupakan sarana penyampaian gagasan besar secara sederhana, gagasan rumit lebih mudah dicerna, dan ide teoritis jadi aplikatif. Tingkat berpikir masyarakat yang berbeda-beda, terkadang jadi kendala gerakan. pola komunikasi yang memudahkan ini merupakan langkah terjadinya salah persepsi publik.


Ø Qoulan Ma’rufan (komunikasi yang tegas)
Ada bahasa logika, ada pula bahasa perasaan. Kedua-duanya terkadang tidak singkron. Tapi yang disebut kebenaran tidak bisa berbunyi jika tidak diungkapkan dengan bahasa yang tegas.


Ø Qoulan Sadidan (komunikasi yang jujur)
Ayatnya berkenaan dengan proses alih generasi. Kekhawatiran kita akan kelemahan generasi pelanjut, disarankan al-Qur’an agar bertakwa dan selalu berkomunikasi yang jujur. Kejujuran dalam konteks kehumasan amat penting. Jika sebuah gerakan mengungkap data-data yang tidak valid bisa terjebak kebohongan publik, sekalipun logikanya benar.


Ø Qoulan Balighan (komunikasi yang sampai ke pikiran dan menyentuh hati)
Sebuah idealisme terkadang sampai pada sekelompok atau seseorang dengan bentuk verbal. Maka tugas gerakan adalah melakukan verbalisasi ide-ide ataupun peliputannya. Dan terkadang, sebuah idealisme atau fakta dapat diterima jika dirancang secara kreatif dan menyentuh. Maka tugas gerakan adalah memformulasikan dengan tepat dan menarik.
Keenam bentuk komunikasi dalam al-Qur’an ini di lapangan dapat berbaur secara terpadu, tinggal bagaimana kita lincah menggunakannya.


Catatan:
Sebagai gerakan dakwah tampilan gerakan harus mencerminkan muatan nilai dan moral, termasuk dalam aksi jalanan. Protes adalah hal yang wajar karena bagian implementasi dari Tauhid Sosial dan agar terhindar dari penyesalan di akhirat. (QS. Al-Ahzab: 67-68)
Yang perlu dijaga adalah etikanya, sehingga jika pun harus aksi jalanan yang dituju bukan pada personalnya tetapi tindakannya. (QS. An-Nisa’: 148)
Juga tidak pula menyentuh hal-hal yang sensitif di masyarakat, seperti yang dilansir surah Al-An’am: 108, yang berbunyi:


Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.


Etika Jaringan
Adalah surat al-Hujurat yang menjelaskan fakta sosial bahwa manusia itu berkamar-kamar. Mereka memiliki ruang komunikasi sendiri yang terinstitusi, terlembagakan, bahkan memiliki hak privasi tersendiri, seperti kalangan tokoh. Dengan demikian Peran Humas dalam hal ini adalah membangun jaringan dengan beberapa etika yang diisyaratkan al-Qur’an berikut ini:
a. Tidak (sok) lebih tahu dari pakarnya
Pada prinsipnya seorang Humas ketika memperluas jaringan dalam konteks memberi dan menerima. Memiliki jaringan dengan seorang pakar atau sebuah institusi, etika harus dijaga salah satunya tidak mendahului mereka yang lebih ahli. (1)


b. Menjaga intonasi suara agar tidak menyakitkan
Terkadang ada pihak-pihak tertentu yang menyukai kawan bicaranya tegas, tapi lain pihak lembut dan tenang. (2-3)


c. Lebih etis melalui jalur depan
Biasanya jalur belakang lebih cepat, tapi jalur depan pun menunjukkan tingkat gentle kita. (4)


d. Klarifikatif
Aktivis gerakan Islam jangan mudah termakan berita. Fungsi klarifikasi harus lebih dikedepankan jika mendapat informasi penting, tidak reaktif dan sporadis. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (6)


e. Memiliki MoU yang jelas
Kesepakatan di antara dua institusi atau dengan kalangan tokoh dalam beberapa momentum perlu kejelasan kontrak. Seperti kasus reformasi yang menggait tokoh atau pilihan bupati dalam pilkada, kontrak politik harus jelas agar tidak ada efek samping. Namun demikian ukhuwah lebih utama dari yang lainnya. (9-10)


f. Tidak saling merendahkan
Jaringan yang kita bangun bukan jaringan yang sekedar say hallo, tapi jaringan yang bersifat permanen dan memiliki arti signifikan dalam kemenangan dakwah, maka jangan menganggap remeh orang lain. (11)


g. Positive Thinking
Mengghibah selain berdosa, juga membawa efek sosial yang tidak baik. Berpikir positif dan klarifikatif lebih baik dari pada membicarakannya di belakang. (12)


h. Memahami pluralitas dan multikulturalisme
Keragaman gerakan dan realitas sosial politik kita ikut memantik kearifan multikultural kita. Namun demikian tujuan dakwah adalah yang utama. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (13)
* * *
Demikian sekilas tentang Fiqih Humas Gerakan. Penggunaan istilah Fiqih ini bukanlah ajaran fiqih baru yang selama ini kita maknai fiqh sebagai ilmu hukum agama, melainkan pada pemahamannya. Para ulama menyebutnya al-fiqh adalah al-fahmud-daqiq (pemahaman yang mendalam). Pemahaman mendalam itu kita dapatkan ketika kita mempraktekkannya, terjun ke lapangan. Menjadi Humas adalah tanggung jawab kita semua. Budaya silaturrahim gerakan perlu digalakkan. Budaya kreativitas pun perlu disemai. Semoga kelak publik akan mengetahui bahwa Dakwah Islam inilah yang akan menyelamatkan bangsa dan dunia kita. Allahu a’lam

Kemenangan Dakwah Kampus

Kawan. Pernah kah membayangkan tentang bagaimana kemenangan dakwah kampus.
pernah sepersekian detik kamu berkhayal tentang indahnya kampus ketika nilai Islam meresapi setiap relung mahasiswa di kampus. 
Tahukah kamu kawan, aku pernah membayangkannya, aku pernah masuk dalam indahnya bermimpi tentang kemenangan itu, rasanya sangat indah, dan aku ingin juga membagi rasa ini kepada kawan semua. 
Monolog berikut kupersembahkan khusus untuk pejuang dakwah yang tak kenal lelah. Yakinlah bahwa tetes keringat yang berjatuhan adalah saksi bisu atas perjuangan besar Karena rindu pada Rabb.. 
Aku sedang berjalan di jalan setapak taman masjid kampusku, sebuah masjid kampus yang megah karena arsitekturnya yang kompleks.. Arsitektur masjid tanpa pilar dan kubah, serta di alasi oleh kayu yang menghangatkan jemari dan dahi yang bersujud dan bersimpuh meraih nikmat Rabb. Aku menjadi teringat pemandangan 10 tahun lalu, ketika aku dipercaya sebagai amirul mukminin di kampus ini. tidak ada yang berbeda dengan nuansa kampus ini, tidak ada yang berubah dari masjid kampus ini, masih sama, masih sejuk dan menimbulkan sebuah kenangan indah atas perjuangan dakwah aku dan kawan-kawanku ketika masih mahasiswa. 
Siang itu, azan zuhur tiba, "Hayya 'alaa Sholaa" begitulah pekikan muazin ketika aku melepas tali sepatu ku. Terdiam sejenak mencoba melihat sekeliling tempat penitipan, segerombolan orang hilir mudik tergesa-gesa menuju kedalam masjid, mereka berjalan menunduk dan dengan langkah sigap, seakan-akan ketinggalan kereta terakhir di stasiun. Mereka bahkan rela membuang makanan yang mereka sedang bawa demi meraih keutamaan Rukun Islam ini. toko pun menutup gerai mereka dan memasang tulisan besar berwarna merah "TUTUP 10 MENIT, SEDANG SHALAT" di depan pintu toko-toko yang menjadi bagian terintegrasi dari masjid kampus ini. Melihat kearah timur, sebuah gedung kayu yang tak berubah masih berdiri tegak disana, bisa aku lihat, mahasiswi berjilbab lebar dengan warna-warni komposisi baju dan rok yang sangat indah. Memberikan kesan anggun tersendiri bagi mereka. Aku memperhatikan mereka bergegas mengunci pintu gedung kayu dan segera memasuki ruang wudhu perempuan. 
Aku mencoba berpikir apa yang terjadi, 10 tahun sejak aku berpisah dengan kampus ini dan meraih pendidikan di luar negeri ternyata telah membuat sebuah nuansa berbeda, tapi aku mencoba berpikir kembali "mungkin ini dampak ramadhan yang baru usai pekan lalu". Kutitipkan sepatu puma berwarna coklat milikiku, ke penitipan sepatu, tak lagi kukenal siapa yang menjaga tempat sepatu itu, diberikanlah kepada ku sebuah kartu yang mirip denga credit card berwarna hijau toska sebagai tanda bukti penitipan sepatuku.
Berjalan kembali diriku untuk mengambil air wudhu, "laa ilaaha illalallahu. " azan pun usai, lantai keramik putih itu sudah diganti sepertinya, dengan lantai yang lebih kokoh dan berwarna sawo matang, Basuhan wudhu terakhir ku ke jari kaki kelingking bersamaan dengan bunyi microphone yang sedang di nyalakan, aku pun bergegas menaiki tangga masjid untuk mengikuti ritual Shalat zuhur ini. 
Terperanjat diriku melihat pemandangan yang hampir tidak bisa aku bayangkan 10 tahun silam, jamaah zuhur sangat berlimpah, hingga ke koridor masjid, balkon lantai dua dipenuhi muslimah-muslimah yang juga dengan rapat menjaga keutamaan shaff berjamaah. Aku berpikir, kawan, mungkin itu mengapa banyak mahasiswa yang terburu-buru menuju masjid, saat ini, hukuman bagi mahasiswa yang telat hadir shalat berjamaah adalah tidak mendapatkan shaff pertama. Subhanallah, kuulangi kawan, hukuman yang mereka khawatirkan jika telat bergabung dalam shalat berjamaah adalah tidak mendapat tempat shalat di shaff pertama. 
Aku pun terpaksa shalat di koridor selatan masjid, siku-ku sangat dekat dengan tembok pembatas, karena jamaah mencoba mengisi setiap millimeter ruang yang ada dengan baik. Sebuah kebiasaan yang ditempa di masjid kampus ku, teringat saat masih kuliah dulu, imam masjid tidak mau memulai jika shaff tidak kunjung rapat. 
"rapatkan shaff shalat, ujung kelingking menempel kelingking sebelahnya dan pundak menempel pundak. Pastikan shaff rata dan lurus.. Sebaik-baik nya shaff untuk pria adalah shaff pertama, sebaik-baiknya shaff untuk perempuan adalah shaff yang paling belakang. Penuhi dahulu shaff terdepan, pastikan tidak ada celah yang ada, shaff selanjutnya dimulai dari tengah. Rapatkan dan luruskan" Kata-kata rutin yang senantiasa di ulang, dan tanpa sadar aku pun melakukan hal yang sama jika menjadi imam shalat. 
Shalat pun dimulai, hening, tenang, tidak ada suara pedagang, tidak ada klakson mobil atau motor, yang ada hanya kicauan burung dan hembusan angin yang membuat sengatan matahari tak terasa pedihnya. Sesekali aku mendengar hentakan kaki pria dewasa yang tergesa-gesa bergabung dalam jamaah; sial aku telat, mungkin itu kata-kata yang ia ucapkan dalam hati, meratapi dirinya yang gagal mendapat shaff pertama. 
"Assalamualaikum warahmatullah" imam mengakhiri shalat dengan salam yang menggetarkan hati, terasa dalam suaranya ia enggan berhenti dari suatu momen untuk berkomunikasi dengan Rabb. Zikir dan do'a aku lantunkan dalam hati setelah salam ku, seperti biasa aku menutup mataku dalam do'a setelah shalat. Tidak melihat situasi sekitar. Sekitar 5 menit lamanya aku mencoba mencurahkan isi hati ku pada Allah, mengucapkan syukur karena diizinkan kembali ke kampus ini, tempat aku belajar dan mengenal dakwah Islam. 
 "Alhamdulillah" , kalimat tahmid ini menutup do'aku seraya membuka kelopak mata dan bergegas mengambil kacamata. Kulihat kanan dan kiri, dan lagi-lagi aku terkejut dengan pemandangan yang aku lihat lagi saat ini, koridor masih penuh jamaah, hanya sebagian yang telah meninggalkan masjid, dan kulihat di shaff belakang ada rombongan jamaah kedua yang menjalankan shalat, aku yakin mereka bukan telat datang, akan tetapi kapasitas masjid yang terbatas memaksa mereka harus shalat di kloter kedua ( istilah yang kami buat saat masih mahasiswa ).
 Aku melihat kedepan, seorang lelaki berkaus kerah warna putih, dan dipadu dengan jeans biru serta mengenakan gelang karet sedang membaca Qur'an dengan baik. Di belakangku, tampak mahasiwa high class, yang bisa aku di identifikasikan dari kemeja hitam versacce dan celana coklat tua bermerek arbercrombie, ia sedang sibuk membaca Qur'an melalui layar PDA nya, tipe HP iPaQ seri terbaru, aku mentaksir harganya mencapai 8 juta saat ini.
 Diseberang sana, di dalam ruang utama, ada 2 orang bercelana bahan hitam dan di padu dengan kemeja, serta berjenggot tipis, kader dakwah ini pastinya , aku tersenyum dalam hati. Mereka sedang mengecek hafalan Qur'an satu sama lain. 
 Indahnya kawan, sangat indah, tiba-tiba aku masuk dalam ruang fantasiku, aku membayangkan, bukan, aku menjadi teringat diriku sendirian di ruang utama masjid kampusku, tak banyak orang saat itu, aku mati-matian menghafal an-naba sendirian, karena malamnya aku harus menyetornya ke murrobi ku, kejadian itu tingkat satu kalau tidak salah, atau ketika tingkat 2, aku bersandar di dinding masjid yang tanpa pilar ini, sendirian ( lagi-lagi ) mencoba menghafal al muzzamil , teringat hari itu hujan lebat, menghafal al muzzamil dalam keadaan hujan menjadi romantika tersendiri bagi diriku. 
 Allahu akbar yaa Al Aziz, lantutan ayat-ayat mu saling sahut menyahut, saling di lantunkan di masjid ini, di masjid kampus yang akan mencetak banyak sekali pejuang-pejuang peradaban masa depan. 
 Aku beranjak setelah membaca mushaf ku sekitar 4 halaman, kebiasaan yang sejak kuliah aku coba bangun. Pukul 12.30 saat itu, aku beranjak mengambil sepatu ku, dan berjalan menuju gerbang kampus, dan melihat time planning ku di PDA ku, ; 12..45 ; bertemu ketua prodi planologi ( labtek IX A planologi ) 16.00 ; afternoon coffee meet with presiden mahasiswa ( campus centre ) 19.30 ; bertemu aktifis dakwah kampus / sarasehan and dinner ( masjid kampus) 
 Tiga agenda ini akan mengisi hariku di kampus penuh kenangan dan romantika hidup yang tak tergantikan. 
Langkah ku menuju gerbang utama kampus disambut dengan baliho besar kegiatan-kegiatan mahasiswa. Tiga baliho di sebelah kanan dan empat baliho di sebelah kiri gerbang utama. Tertera di sana beberapa kegiatan; symposium energy nasional, student entrepreneur expo, kolaborasi seni nusantara, bakti desa : sebuah kontribusi kecil untuk bangsa, penyambutan mahasiswa baru oleh lembaga dakwah kampus, Training ESQ , dan sebuah pengumuman resmi dari rektorat. Kupandangi satu per satu baliho megah ini.. lagi-lagi terlintas memori mendirikan baliho ditengah hujan dengan bambu yang seadanya dan alat seperlunya. 
 Sambil berjalan aku mendengar percakapan mahasiswa mahasiswi yang berpapasan denganku ; "alhamdulillah, UTS ku dapat 95" ucap seorang mahasiswa tingkat 1 "Besok Quiz, aku harus shalat tahajud mala mini" bisik seorang mahasiswi ke sahabatnya "waa, barokallah, senangnya ya sidang lulus" di iringi senyum menawan yang ikhlas dari seorang mahasiswi "nanti malam mentoring jam berapa ?" Tanya seorang mahasiswa kepada temannya "eh katanya besok sabtu ada mabit yah di masjid kampus" seorang mahasiswa sedang menelpon temannya "assalamualaikum ukhti, gimana tilawahnya hari ini?" dua orang mahasiswi berjilbab saling bersalaman dan saling menyapa ramah "bro, udah hafal juz 30 belum ? pekan depan harus setoran nih" seorang mahasiswa memotivasi sahabatnya
 Lagi-lagi termenung dalam langkah, gila ini kampus, macem pesantren aja pembicaraannya.. Tidak ada gossip, tidak ada cacian ke dosen, tidak ada pembicaraan tidak berbobot, tidak ada kata-kata kotor dan tidak ada raut muka jarang shalat rupanya. 
 Aku tersenyum dalam perjalanan ku, mengucap rasa syukur yang mendalam kepada Allah; ya Rabb, sungguh indah janjiMu, terima kasih atas pertolongan yang Engkau berikan kepada kampusku ini. 
 Aku terus melangkah ke dalam kampus, langkah pelan namun pasti sambil mengamati perubahan demi perubahan yang terjadi selama 10 tahun ini. tiba-tiba pundakku di tabrak seorang mahasiswa yang sedang mendengarkan music melalui iPod dan tak sengaja terlepas earphone nya, , lalu terdengarlah lantutan Qur'an dari iPod mahasiswa itu."punten mas, maaf, saya sedang menghafal musik yang saya dengar" begitu kata mahasiswa tersebut dengan rendah hati. Dalam hati aku menjawab, musik atau ayat Qur'an mas !. Kawan, jika kamu melihat mahasiswa yang menabrakku ku tadi, pasti kamu tak akan menyangka pria ini sedang menghafal Qur'an, tidak tampak dari nya sosok aktifis dakwah yang selama ini kita kenal dan gemar menghafal Qur'an. Dan aku berkata kembali dalam hati, subhanallah, kalau mahasiswa biasanya aja menghafal Qur'an bagaimana para kader dakwahnya, pada hafidz mungkin yah?. 
 Gerombolan muslimah berjilbab dan yang berjilbab aku lihat di sebelah kiri pandanganku, mereka berjalan bersama dan saling bercerita bahagia satu sama lain, sepertinya para muslimah berjilbab sudah bisa merangkul para muslimah yang belum berjilbab. Dalam gerombolah itu tampak, perempuan potongan hongkong, seorang lagi dengan rok serta atasan kemeja dengan rambut yang tampak sehabis di re-bonding, seorang lagi perempuan tomboy, aku bisa mengenalinya karena rambutnya yang seperti cowo, dan seorang lagi perempuan berpakaian seadanya, tapi ia tampak paling antusias mendengar kawannya yang berjilbab lebar bercerita. 
 Di sekitar lapangan tengah kampus, aku melihat sekitar delapan kelompok mentoring sedang duduk melingkar di bawah angin sepoi-sepoi dan daun yang berguguran.. Ada kelompok yang tampaknya memiliki mentor yang sangat semangat, aku tertawa melihatnya, anggota kelompok mentoringnya tampak serius memperhatikan sang mentor bercerita. Di sisi lain ada kelompok yang tenang, dan ditengah nya tersedia brownies kukus bandung sebagai pengikat mentoring mereka, disisi lain, ada kelompok yang sedang mengadakan simulasi, cukup heboh kelompok yang satu ini, anak SR kutaksir sepertinya. 
 Di lain sudut ada kelompok muslimah yang menjalankan mentoring, tampak teteh yang lembut sedang memberikan nasehat kepada anggota mentoringnya. Tidak ada satupun darinya yang mengenakan jilbab, hanya teteh nya saja. 
 Aiih, sungguh indah pemandangan ini, apalagi jika kawan perhatikan apa yang saya lihat, beberapa mahasiswa duduk-duduk di bangku taman sambil membaca Al Qur'an, sebagian membaca buku dengan serius, ada pula yang tiduran di bangku taman sambil murajaah hafalannya. Serta ada sebagian lain yang berdiskusi serius satu sama lain
 Hingga tibalah aku ke gedung perkuliahan ku yang dulu, rupanya masih sama, bangunan enam lantai berbentuk landmark Jawa Barat, Tangkuban Parahu. Sebelum menaiki lift menuju ruang kepala program studi, aku mengintip ruang kuliah yang berada tepat di depan lift, ruang kuliah berkapasitas 100 orang itu tampak sama dari segi fisik, tapi aku merasakan ada hal yang beda saat itu, aku mencoba berpikir, kawan, apa yang beda ? 
 Ternyata memang beda, mahasiswa dan mahasiswi tidak lagi duduk bercampur, mereka terpisah oleh jarak sekitar satu bangku, mahasiswa di sebelah kanan dan mahasiswi di sebelah kiri. Mereka semua sibuk mencatat dengan menggunakan laptop yang mereka miliki, memperhatikan dosen yang dengan semangat menjelaskan bagaimana politik dapat mempengaruhi perencanaan suatu wilayah. 
 Tampak oleh ku, papan tulis itu dihiasi dengan lafadz basmallah di bagian atas tengah. Sesekali sang dosen mengaitkan apa yang ia sampaikan dengan ayat yang adi Al Qur'an. "perencanaan ini adalah sebuah keharusan bagi sebuah negara, walau ada ilmuwan yang berpandangan, doing nothing is planning, tapi Allah pernah berfirman dalam Ar Rdbu ayat 11 bahwa Ia tidak akan mengubah keadaan sebuah kaum kecuali kaum itu berusaha untuk mengubahnya, . Jadi jika perencanaan itu tidak dilakukan, maka sama saja kita anti perubahan" begitulah ungkap dosen tersebut dengan intonasi yang membuat setiap orang memperhatikannya, dan membuat jentik jemari kita siap siaga untuk mencatat setiap kata yang terlontar dari mulutnya.
 Aku melihat ke ujung lorong gedung ini, kuingat bahwa di situ ada secretariat himpunan mahasiswa program studi ku, kucoba menghampiri dengan rasa ingin tahu, perubahan apa yang telah terjadi. 
 Mading ucapan ulang tahun masih sama seperti dulu, aku membaca salah satu pesan yang ada di madding ucapan ulang tahun itu, aku terbelalak melihat kata-kata ucapan yang ada. "selamat milad, semga semakin dekat dengan Allah" "met ulang tahun yah ! semoga semakin dewasa dan bertambah ketaqwaannya" "happy b'day my bro, people love you my man, and hope Allah also love you too" "met lamet kk, sukses dunia dan akhirat" 
Hmhm… tersenyum sendiri diriku membacanya, lalu, di samping madding selamat ulang tahun ada madding lagi, disana di tuliskan kata-kata bijak yang membuat orang yang membacanya tergugah dan termotivasi. Kata-kata dari hadits Rasul, potongan ayat atau sajak arab kuno, dan ada pula quotes dari orang hebat, Donald trump,bung hatta, dan barrack obama tertulis disana. Aku meyakinkan diri bahwa pesan kata bijak ini member nilai tersendiri bagi mading ini.. 
 Memasuki ruang himpunan, aku mendengar seseorang sedang melantunkan Al Qur'an, kulihat sekeliling, ada yang sedang mengerjakan tugas, ada yang sedang rapat kaderisasi. Aku mendengar bahwa mereka sedang menyusun kurikulum mentoring agama untuk di masukan dalam sistem kaderisasi mahasiswa baru. Bahkan, taukah kamu kawan, ada seorang peserta rapat menyeletuk, "gimana kalau kita buat standar ibadah harian untuk para peserta kaderisasi yang muslim".
 Tak berlama-lama aku mengabiskan waktu di himpunan, sudah pukul 12.45, aku harus bergegas ke ruang ketua program studi. Setiba aku ke ruang ketua program studi aku disambut bak anak yang kembali dari perantauan. Kita berbicara sejenak mengenai disertasi S-3 ku yang mendapat hasil sangat memuaskan."sudah bapak bilang, mahasiswa Indonesia itu cerdas-cerdas, sungguh kamu buat bapak bangga, rekan saya di sana memuji habis teori kamu tentang integras pengelolaan kawasan pesisir, sungguh orisinal".. Pembicaraan berlanjut tentang kondisi keislaman kampus, beliau lagi-lagi berkata "saya juga sangat senang dengan kondisi Islam di kampus sekarang ini, para aktifis dakwah nya adalah yang terbaik secara akademik di kelas, hampir seluruh asisten praktikum di isi oleh orang-orang masjid itu, dan mereka juga cerdas. Tingkat mencontek di kelas turun drastis, mahasiswa menunjukkan hormatnya pada dosen, dan proses triple loop learning berjalan dengan baik" 
 Pembicaraan kami semakin menarik dan tak terasa sudah pukul 15.00, saya pun berpamitan dengan beliau, dan beliau pun juga harus mengajar pukul 15.30. "sekarang jadwal kuliah tidak boleh berbentrokan dengan jadwal shalat, ini kebijakan rektor baru" dalam hati aku berkata kembali, seperti nya pak rector sudah berafiliasi kepada Islam. 
 Aku kembali ke masjid kampus, dan melihat mahasiswa berjalan cepat menuju masjid, sangat banyak jumlahnya, seperti jamaah haji yang hendak melempar jumrah. Aku pun shalat ashar, dan setelah itu aku menuju campus centre. 
 Aku sengaja tiba lebih awak 15 menit dari waktu yang dijanjikan karena ingin bernostalgia dengan campus centre, maklum sewaktu tingkat empat, aku bersama teman teman di badan eksekutif mahasiswa memperjuangan campus centre agar menjadi student centre secara fungsional, dan sepertinya cita-cita itu bisa aku lihat terwujud saat ini
 Duduk aku sendiri di anak tangga campus centre, lagi-lagi aku memperhatikan tingkah laku mahasiswa yang ada disana. Ada kumpulan mahasiswa sedang rapat dalam bentuk melingkar, akan tetapi ada batas antara pria dan wanita. Aku melihat sepasang mahasiswa dan mahasiswi yang berpapasan, mereka saling menyapa tapi tidak bersentuhan satu sama lain. Sepertinya budaya salaman berlawanan jenis sudah tidak popular lagi. 
Di seberang sana, juga ada kelompok mahasiswa yang sedang mentoring, sepertinya sang mentor sedang mengajarkan cara membaca Al Qur'an yang baik kepada para peserta mentoring. Lapangan basket pun tampak ramai, ada yang berubah kawan, bukan lapangannya, tapi para pemain basket mengenakan celana di bawah lutut, bukan celana panjang memang, tapi aku yakin aurat mereka telah tertutup. 
 Tak lama kemudian, sang presiden mahasiswa datang, "kak yusuf" ia menyapa. "Ya, saya presiden mahasiswa kak," ia melanjutkan kalimatnya diiringi salam yang hangat dari beliau. Saya memperhatikan anak ini, pakaiannya casual, paduan celana jeans dan kemeja putih lengan panjang, aku menilik ke dalam saku kemejanya, ada mushaf kecil di dalamnya. Subhanallah, presiden mahasiswa kampusku seorang yang dekat dengan Qur'an. Kami pun berbicara tentang berbagai hal, dimulai dari kenalan singkat, pembicaraan mengenai kisah mahasiswa dan perjuangannya masa lalu, dilanjutkan dengan kondisi saat ini, dan pada bagian ini ia bercerita dengan semangat. 
 "kampus ini sekarang bisa dikatakan tiada hari tanpa ta'lim, ya karena hampir setiap hari ada lembaga dakwah program studi yang mengadakan ta'lim. Mahasiswa pun sudah menyadari perannya dan kapasitasnya dalam kontribusi kepada masyarakat. Saat ini Indonesia bisa merasakan manfaat kemahasiswaan dengan nyata" ia bercerita dengan bangga dan menggebu-gebu. Aku pun terbawa oleh arus kisahnya itu, sangat membanggakan memang.
 "mahasiswa pun sudah tersadari bahwa Agama adalah suatu yang integral dengan kehidupan sehari-hari. Para ketua himpunan dan unit saat ini pun juga mempunyai ta'lim khusus untuk mereka, isinya di sesuaikan dengan kebutuhan mereka sebagai pemimpin". Sepertinya lembaga dakwah kampus sudah berhasil menanamkan nilai Islam dengan baik. Pembicaraan kami akhirnya masuk ke inti pembahasan, yakni ia meminta saya untuk mengisi di sebuah acara diklat aktifis kampus yang akan di selenggarakan satu bulan lagi.  
Magrib pun tiba, masjid kampus menjadi tempatku berteduh kembali, setelah ibadah magrib, aku berencana menghabiskan target tilawah ku yang ku targetkan 2 juz satu hari, tinggal 6 halaman lagi, bisalah 10 menit selesai. Ternyata aku tak sendirian membaca Al Qur'an saat itu. Mahasiswa sepertinya mengalokasikan waktu diantara magrib dan isya untuk memaksimalkan interaksi dengan Qur'an, kebanyakan dari mereka tilawah dan murajaah. Tidak banyak yang meninggalkan masjid untuk makan malam atau pulang ke kost. Mereka benar-benar telah memilih untuk mengisi waktu diantara shalat ini untuk mengisi kembali semangat mereka dalam beraktifitas dengan cara yang sangat mulia, berinteraksi dengan Qur'an. 
 Isya berkumandang, aku pun shalat berjamaah kembali, sungguh nikmat hari ku ini. setelah sekian lama berkelana demi gelar Ph.D aku akhirnya bisa merasakan Shalat berjamaah empat kali di kampus ku, dengan bacaan imam yang panjang nan merdu, membuat para jamaah hanyut dalam do'a dan komunikasi kepada Allah. Seperti sendiri di padang pasir, tak ada yang melihat, hanya aku dan Rabb ku, sangat terasa menggetarkan hati setiap untaian ayat yang diucapkan imam. 
 Fabi ayyiaa laa irabbikumaa tukadzibaan, lantutan Ar Rahman ini membuat separuh jamaah menangis, aku rasa mereka mahfum terhadap makna dari ayat ini. Shalat Isya pun usai, dan aku mempersiapkan diri untuk janjiku yang terakhir hari ini. 
 Tak lama setelah shalat rawatib , pundakku ditepuk dari belakang, "akh yusuf, bagaimana kabarnya, pertemuan kita di sekre saja kak, teman-teman sudah menunggu disana" kami pun berangkulan seakan kawan lama yang bertemu kembali, lalu bersama menuju sekre. Sekre yang membesarkan namaku 10 tahun silam. 
 Aku memasuki gedung kayu itu, sekre nya masih di lantai dua, Cuma saat ini tampak lebih besar rapih. Aku masuk dan bersalaman dengan sekitar delapan pengurus lembaga dakwah kampus lainnya. Aku mencoba melihat sekeliling, ada beberapa piagam mengisi pelatihan, dan aku memperhatikan dengan seksama buku dalam rak buku yang tersusun rapih, aku melihat buku-buku tulisanku dulu tentang dakwah kampus masih di simpan dengan baik di rak itu. Romantika masa lalu, aku pun teringat pada kawan-kawan seperjuangan ku di kampus, 3,5 tahun di lembaga dakwah kampus dan 1 tahun di badan eksekutif mahasiswa membuat aku memiliki cukup modal untuk berjuang melewati dunia nyata. 
 Pertemuan malam itu dengan kawan-kawan dari lembaga dakwah kampus adalah sebuah kenangan tersendiri bagi hidupku kawan, aku seakan 10 tahun lebih muda, aku seakan memasuki suatu dunia khayal baru, ketika mereka menceritakan kesuksesan mereka. Rencana besar mereka yang akan menjadi tuan rumah international Islamic student conference tahun depan, lalu mereka memperlihatkan suatu sistem memuat controlling 600 kelompok mentoring di kampus , mereka juga denga bahagia memperlihatkan dokumentasi acara mereka yang selalu di hadiri banyak mahasiswa.
 Malam itu sangat indah kawan, dan kalimat terakhir dari mereka sebagai ungkapan perpisahan malam itu dan ucapan selamat datang kembali bagi saya. 
 "ahlan wa sahlan Pak Yusuf, kami harap kita bisa membuat legenda dakwah kampus bersama" ------------ ---- Ya kawan, kita akan selalu berjuang bersama 
 Kita akan buat legenda kita bersama ------------ ---- 
 Ini adalah mimpi ku kawan, bukan khayalan belaka tetapi sebuah cita-cita mulai. 
 Kawan, apakah kamu bisa merasakan keindahan yang kurasakan ?
 rasakanlah kawanku, 
rasakan keindahan ini…