KAMMI MENYAPA


SALAM MUSLIM NEGARAWAN ^_^

KAMMI


apa itu KAMMI?? Yuk kita kaji ^_^

KAMMI adalah singkatan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Nah… dari kepanjangan tersebut, kita bisa ngartiin kalau KAMMI itu tak lain ialah organisasi yang berdiri di sebuah komunitas mahasiswa. Kenapa mahasiswa? Sebab, mahasiswa adalah sebagian masyarakan yang kritis dalam keseharianya dan relative setabil di banding dengan masyarakat yang lainya. Jadi, beruntunglah anda yang saat ini sudah menjadi mahasiswa ^_^. Kok ada kata muslim? Karena, kita sebagai umat muslim percaya bahwa Islam akan membawa kebenaran. Islam adalah agama rahmatan lilalamin dan akan selalu senantiasa melakukan aksi nyata yang akan kita persembahkan untuk kejayaan Islam itu sendiri, dan kata Indonesia itu sendiri diambil karena disinilah tempat dimana KAMMI berdiri untuk pertama kalinya.

KAMMI KOMISARIAT

waduuhh… apa lagi itu??

Nah, kalau yang ini ialah salah satu “cabang” KAMMI yang ada di setiap Universitas di seluruh Indonesia. Gak percaya??? Ni ya.. ada KAMMI Komisariat Universitas Tanjungpura, KAMMI Komisariat STKIP, dan KAMMI Komisariat STAIN. KAMMI Komisariat UGM, Kammi Komisariat Sidoarjo, pokoknya masih banyak deh. KAMMI tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Gak percaya? Tanya aja sama mbah google ^_^

Kenapa harus bergabung dengan KAMMI??

Karenaa…. 1. KAMMI dikenal luas sebagai gerakan mahasiswa yang solid, sholeh, dan santun (Aamiin, InsyaAllah J) serta memiliki massa/anggota yang besar. Terbukti KAMMI tersebar di seluruh Indonesia, yang berpusat di Jakarta dan diketuai oleh Muhammad Ilyas, Lc.

2. Kader-kader KAMMI telah membuktikan raihan prestasi di bidang akademik, entrepreneur, sosial-politik, hingga kebudayaan. Gak percaya?? Contoh ni Hendri Purwanto, mahasiswa fakultas MIPA Untan angkatan 2009. Beliau adalah 1 diantara kader KAMMI yang berprestasi. Beliau pernah mengecap bagaimana rasanya meraih juara 1 sebagai mahasiswa berprestasi MIPA 2012, juara 3 mahasiswa berprestasi Untan 2012, 10 besar finalis Duta lingkungan dan berbagai prestasi lainnya.

3. KAMMI telah berpengalaman mengelola berbagai lembaga kemahasiswaan di seluruh Indonesia. Mau bukti??

siapa Presiden Mahasiswa Universitas Tanjungpura? Kader KAMMI!!

Namanya Abdul Jabbar, beliau merupakan mahasiswa di FMIPA Untan prodi Kimia (2008). Mentri Luar Negeri BEM Untan siapa? Kader KAMMI!! Namanya Yully Endriani, mahasiswa FKIP prodi Pendidikan Matematika (2008). Masih kurang?? Mentri keuangan siapa?? Kader KAMMI!! Namanya Estika Raras, mahasiswa FKIP prodi Pendidikan Biologi (2008). Mau bukti lagi?? Udah la, terlalu banyak untuk ditulis satu-satu.

4. Aktivitas KAMMI dikenal kental dengan nuansa ke-Islaman dan kesantunannya (InsyaAllah). Mau bukti? Ikuti aja agenda KAMMI ^_^

5. KAMMI memiliki sistem dan manajemen kaderisasi yang rapi, integral dan bervisi kebangsaan. Gak yakin?? Coba deh ikut DM1 KAMMI ^_^

Sekarang zamannya anda temen-temen Mahasiswa Baru menjadi bagian dari tradisi perjuangan KAMMI ^_^_^

Created by: Kebijakan Publik KAMMI Komisariat Untan

TRAINING JURNALISTIK

TRAINING JURNALISTIK

Assalamualaykum wr.wb.
Sebuah inovasi "Menulis Untuk Mengubah Peradaban"
Sebuah Visi "Kuasai Media Tuk Islamisasi Bangsa dan Negara"
Sebuah Misi "Stimulasi Pencerdasan Melalui Penguasaan Opini Publik"
Kini KAMMI Eksplarasi Komisariat Untan, Stain, Stkip Hadir kembali
"TRAINING JURNALISTIK"
Yang Ngaku Kader KAMMI WAJIB Hadir
Baik AB1, AB2, AB3
COOMING SOON
CP : Doli Mangis Lubis (089674671621)

Bisakah Menjadi Akhwat Biasa?

Bisakah Menjadi Akhwat Biasa?
Oleh: Dinda Intan Permatasari
Staff KP KAMMI Komsat Untan



Teruntuk saudari-saudariku yang InsyaAllah dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala...

Bismillahirrahmanirrahim...Assalamu'alaykum Warahmatullah Wabarakatuh..

Untukmu pemudi yang menempuh jalan yang haq dan mengemban misi kebenaran...

Terinspirasi dari sebuah catatan seorang kakak nun jauh disana, ketika ana ingin membacanya kembali, ana tak lagi menemukan namanyanya di friends list ana..

dalam catatannya beliau membuat kalimat seperti ini “bisakan anda menjadi orang yang biasa-biasa saja seperti saya yang biasa?”

Pertanyaan itu sebenarnya sering sekali terbesit dalam pikiran ana, “bisakah ana menjadi akhwat yang biasa saja seperti akhwat lainnya yang juga biasa?’

dan kadang ana juga terpikir apakah nanti suami ana akan bertanya, “bisakah kau menjadi istri (akhwat) yang biasa saja seperti aku suamimu (ikhwan) yang juga biasa-biasa saja?” atau mungkin suatu saat akan ada pertanyaan seperti ini, “bisakah kau menjadi mutarobbi yang biasa seperti aku murobbimu yang juga biasa saja?” dan ana harap, pertanyaan itu tidak akan pernah muncul, dan Alhamdulillah sampai sekarang pertanyaan itu belum pernah dilontarkan orang lain pada ana :)

Ana berpikir dan terus berpikir, apa ana bisa seperti itu? ‘menjadi akhwat yang biasa’. Tapi ternyata tidak

Ana tidak bisa menjadi akhwat yang biasa saja dimana hanya mengikuti apa yang ada tanpa mengeluarkan protes, kritik, atau tanggapan jika ada yang mengganjal dipikiran ana. Ana tak bisa menjadi akhwat yang biasa saja seperti mereka yang bisa menjadi orang yang sangat penurut tanpa memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi kedepan. TIDAK, ana tidak ingin menjadi akhwat yang biasa.

Ana ingin menjadi akhwat yang tidak biasa. Ana ingin menjadi akhwat yang terus bergerak agar tidak dirubah oleh keadaan. Ana ingin terus mengeluarkan aspirasi ana selama itu tidak melanggar syari’at. Ana ingin menjadi akhwat yang tidak biasa dan tidak melupakan kodrat, tugas, dan tanggung jawab ana sebagai seorang wanita. Ana ingin menjadi akhwat yang tidak selalu menurut apa kata orang, ana ingin menjadi akhwat yang BISA dan BERANI melawan arus saat akhwat lain bahkan IKHWAN sekalipun TAK BERANI melawan arus. Karena ana tau, kebanyakan ikan yang mati karena mereka mengikuti arus. Karena ana tau, yang dibawa oleh arus ialah sampah-sampah dan sesuatu yang tak lagi berguna dan bermanfaat. Dan ana tak mau menjadi SAMPAH karena terlalu sering mengikuti arus.

Ana siap menjadi MILITAN dan ana ingin menjadi akhwat MILITAN. Apa yang salah dengan akhwat militan? Akhwat militant adalah akhwat yang komitmen dan totalitas dalam mengemban amanahnya. Jika ada yang menghindari akhwat militan, so what?? Artinya mereka menghindari seorang akhwat yang ingin komitmen dan totalitas dalam amanahnya. ITU yang patut dipertanyakan. Kenapa mesti dihindari?? MILITAN itu bernilai positif, bukan hanya ikhwan yang wajib menjadi ikhwan militan, akhwat juga!

Apa akhwat militan itu kasar dan tidak bisa lemah lembut?? Heyy, Open your eyes!!

mereka yang berkoar-koar itu belum tentu bukan akhwat yang baik! Belum tentu tidak bisa jadi calon istri yang baik?!

Mari kita contoh para sahabiyah yang militan dan luar biasa seperti fatimah binti muhammad, asma' binti abu bakr, shafiiyyah binti abu thalib, dan masih banyak lagi. Mereka lemah lembut tapi juga MILITAN,mereka PEMBERANI danTIDAK TAKUT MATI,bahkan ada diantaranya yang ikut berperang angkat pedang. Mereka NGGAK cengeng sehingga lari dari tanggung jawab mereka. Itulah akhwat militan, itulah akhwat yang tidak biasa, akhwat yang LUAR BIASA pada zamannya. Dan ana yakin, di zaman sekarang, kembali... AKAN ada akhwat yang seperti itu,.

masih takut menjadi MILITAN?? it's ok, hidup adalah pilihan ^_^

mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini, kritik dan saran akan ana terima dengan tangan terbuka jika bertujuan untuk membangun agar kita bisa terus berusaha bersama-sama untuk menjadi lebih baik ^^

Semua Ingin Jadi Pahlawan

Semua Ingin Jadi Pahlawan
By : Kominfo KAMMI KALBAR

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawannya. Kalimat bijak di atas sudah sering kita dengar dan bahkan sejak kita masih di bangku sekolah dasar. Meskipun hari ini disadari atau tidak telah terjadi degradasi nilai penghargaan pada perjuangan pahlawan di hampir seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan. Indikator sederhana yang dapat dilihat adalah masih rendahnya semangat membangun, berkontribusi maupun berafiliasi terhadap proyek-proyek pembangunan umat di negeri tercinta Indonesia. Bahkan sekedar mengingat tanggal hari pahlawan atau nama pahlawan pun sebagian besar dari kita sudah tidak ingat. Lebih tragisnya justru ada segelintir maupun segolongan manusia Indonesia yang justru menghianati dan mencederai nilai-nilai perjuangan para pahlawan Indonesia dengan ”berbangga” diri menjadi koruptor dan predator di tengah kesulitan yang kian menghimpit negeri ini.

Menurut kamus populer bahasa Indonesia, pahlawan berarti pejuang bangsa, negara atau agama. Untuk menyematkan lebel pahlawan pada seseorang tentunya harus memiliki atau memenuhi beberapa kriteria yang telah disepakati bersama. Namun demikian kiranya penting kita sedaikit beropini tentang kepahlawanan. Sehingga akan kita dapati beberapa definisi pahlawan dengan cara pandang kita, dan minimal akan membuka cara pandang kita terhadap pahlawan itu sendiri. Dari bahasa kamus tersebut kita dapati kata pejuang di sana. Sebuah kata yang begitu syarat akan makna. Pejuang adalah orang yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan itu sendiri. Sedang nilai perjuangan sangatlah mahal. Banyak yang mesti di korbankan.
Nilai sebuah perjuangan begitu indah hingga mereka begitu mencintainya. Nilai perjuangan itu begitu luhur hingga mereka siap membelanya. Nilai perjuangan itu begitu suci hingga mereka siap menjaga dengan sepenuh hati dan nilai perjuangan itu begitu tinggi hingga mereka berani menjunjungnya. Meski tidak sedikit yang harus dijadikan mahar perjuangan. Bukan lagi waktu dan materi, tetapi jiwa dan raga sepenuhnya di persembahkan demi sebuah nilai yang di junjung tinggi.
Makam pahlawan, monumen juang, sederet foto pahlawan di musium daerah dan lembaran-lembaran naskah hanya bagian yang sangat kecil dan sedikit untuk mendeskripsikan secara luas nilai perjuangan. Bahkan sangat tidak representatif. Tetapi dapat kita rasakan hasil sebuah perjuangan hingga negeri ini menuju gerbang kemerdekaan yang di cita-citakan.
Nilai perjuangan adalah ruh yang mengobarkan semangat juang. Nilai perjuangan adalah jiwa yang mendorong keberanian. Nilai perjuangan adalah keyakinan yang memberangus ketakutan. Nilai perjuangan adalah ketakwaan yang melahirkan pengorbanan dan nilai perjuangan adalah prinsip yang mampu melahirkan perubahan kongkrit dan nyata yang dapat dirasakan oleh segenap penduduk negeri ini.
Meski untuk saat ini bentuk-bentuk keheroikan perjuangan tidak perlu di tampilkan oleh pemimpin masa kini dengan memanggul senjata melawan penjajah seperti pada masa penjajahan. Namun keheroikan pemimimpin hari ini dapat di aktualisasikan dalam bentuk pengorbanannya membela hak-hak dan kepentingan rakyat ataupun bangsa dan negara secara luas. Sehingga kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan secara merata di negeri ini, negara menjadi tertib dan aman, bermartabat dan diperhitungkan oleh negara lain dalam segala aspek.
Menyandang gelar pahlawan bukan hal yang mudah meski realitanya tidak sedikit yang mengaku-ngaku jadi pahlawan dan bahkan sok jadi pahlawan di negeri ini. Memanfaatkan jabatan dengan menghambur-hamburkan uang negara untuk kepentingan ambisi pribadi dan mempertahankan posisi. Membohongi rakyat dengan propaganda wacana dengan memutar balikan fakta untuk mencari simpati dan dukungan rakyat, atau mengelabui rakyat dengan program-program yang berkedok pelayanan publik dengan memark-up anggaran yang menelan miliaran rupiah untuk masuk kantong sendiri dan kroni-kroninya. Ada juga yang jadi pahlawan musiman, membela rakyat kalau lagi musim kampanye tiba, berbaik hati memberikan sembako atau kebutuhan hidup masyarakat agar mendapat simpati dari masyarakat, dan banyak lagi cara dan trik dari oknum pahlawan-pahlawan kesiangan di negeri ini yang bertopeng pejuang.
Kasus dan issu terbaru yang masih hangat dan masyarakat Indonesia setiap saat juga menyaksikan perkembangannya di barbagai media. Polemik lembaa penegak hukum negara POLRI, Kejaksaan Agung dan KPK yang hingga kini juga belum ada kejelasan yang menentramkan hati rakyat Indonesia. Semua ingin jadi pahlawan. Merasa paling benar dengan berbagai rasionalisasinya masing-masing. Lebih tragis lagi ada oknum dewan RI Komisi III yang juga ”sok” jadi pahlawan kesiangan. Padahal rakyat indonesia tidak ”sebodoh” seperti yang ”mereka” pikirkan. Bahkan dalam dialog interaktif lewat telepon pada salah satu TV swasta ada statemen masyarakat yang intinya ” hanya orang gila yang tidak mengerti permasalahan pada tiga lembaga tersebut”. Masyarakat Idonesia sudah cukup cerdas untuk membaca siapa pahlawan sesungguhnya dalam polemik tersebut. Semakin banyak yang diungkapkan sebagai pembelaan, justru semakin membuka lebar ”borok” di tubuh lembaga yang bersangkutan dan bahkan semakin menambah kebencian rakyat yang tak terbendung. Lihat saja bagaimana reaksi dari masyarakat di berbagai pelosok negeri.
Ada istilah yang menarik disampaikan pakar komunikasi Effendi Ghazali, yaitu ”Super Anggodo”. Istilah untuk mendeskripsikan kelicikan Anggodo yang mampu merekyasa skenario ”drama” tingkat nasonal, yang kemudian menyeret beberapa nama bahkan presiden SBY dan membuat lembaga penegak hukum hampir kehilangan ”harga diri” dan ”kewibawaan” di mata rakyat Indonesia. Nama Anggodo menjadi begitu tenar dan mendadak terkenal. Terkenal bukan karena heroiknya membela negara, namun karena tindakanya menjadi pahlawan kesiangan yang memporak-porandakan negara. Meskipun saya meyakini ini masih ”kulit permsalahan” dan belum sampai pada subtasi masalah. Masih ada konspirasi sistematis yang lebih besar di balik sederetan permasalahan yang terungkap di media. Konspirasi yang berusaha mempertahankn ”eksistensi dan posisi”. Ya, mungkin agar tetap dianggap sebagai pahlawan.
Namun setiap kita mesti jadi pahlawan. Pahlawan dalam arti yang lebih luas, yaitu orang yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai perjuangan, sehingga dengan segala yang kita miliki kita dapat berkontribusi dan berafiliasi mempersembahkan yang terbaik untuk negeri yang kita cintai. Kita dapat tetap berkarya dalam segala hal sesuai dengan bidang, peran, kapabilitas dan kompetensi kita masing-masing sebagai warga negara. Gelar pahlawan tidak begitu penting bagi kita dan mungkin harapan yang sama dari para pejuang nasional yang telah mendahului kita. Karena yang lebih penting adalah perjuangan untuk memberikan solusi perubahan yang nyata atas sagala permasalahan bangsa, bukan sekedar pengkultusan para pahlawan tapi kering dalam melanjutkan perjuangan.

Indikasi Normalisasi Gaya Baru


Indikasi Normalisasi Gaya Baru
By: Kebijakan Publik KAMMI Komisariat Untan



Berangkat dari sebuah perenungan, memikirkan situasi dan kondisi yang terjadi di sekeliling…
Mahasiswa adalah kelompok kecil yang kreatif. Mereka mampu mengarahkan perubahan social politik sesuai dengan keinginan rakyat. Mahasiswa adalah sosok yang mampu membongkar semua siasat besar hegemoni yang terus dilancarkan oleh kelompok berkuasa (Sudarsono, 2010:12-130. Gak percaya? Dulu, sekitar tahun 1970-an Soeharto mulai menuai kritikan dari para mahasiswa. Kenapa? Karena mahasiswa menyadari adanya indikasi KKN dalam masa pemerintahan Orde Baru. Ini salah satu bukti kalau mahasiswa itu kritis, wajar jika mahasiswa sering dikatakan sebagai “motor” penggerak masyarakat.
Sejak saat itu, Dewan Mahasiswa menolak pencalonan Soeharto pasca pemilu tahun 1977.
berangkat dari hal itu “orang atas” merasa kampus tidak aman, sehingga mereka membuat kebijakan untuk Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).
Apa itu NKK?? NKK itu mengubah format organisasi mahasiswa di kampus dengan melarang mahasiswa terjun dalam politik praktis. Jadi, tidak ada yang namanya BEM Fakultas, BEM Universitas, DPM, dll
Hal ini mulai diterapkan pada tahun 1978. Semua organisasi mahasiswa “diputihkan”, organisasi mahasiswa dipecah sesuai dengan disiplin ilmu mereka masing-masing. Misalnya, Himpunan Mahasiswa Ekonomi, Himpunan Mahasiswa Sastra, dll. Organisasi yang sifatnya eksternalpun tetap dalam koridor yang berpusat pada akademis mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Ekonomi Indonesia, dan sebagainya. Hal ini tentu sangat merugikan mahasiswa. Sebab, mahasiswa di press dan dicetak menjadi insane akademis yang hanya berkutat dengan pelajaran dan berlomba menyelesaikan kuliah.
Helloo…. Gak bisssaa iniii….
Tapi tenaangg, NKK udah HABIS masa berlakunya semenjak terbitnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembagan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Trus, “Normalisasi” gaya baru ini maksudnya apa??
Begini, berdasarkan hasil pengamatan, sepertinya ada indikasi NKK gaya baru yang dilakukan oleh “orang atas”. Mengapa demikian? Ini terbukti terjadi di beberapa fakultas. Pertama, agenda-agenda kemahasiswaan sudah sering di campuri oleh “orang atas”, padahal kita punya tujuan khusus yang sudah kita rencanakan demi kebaikan kita bersama. Kedua, organisasi mahasiswa sulit sekali menggunakan ruangan di fakultas, ada saja alasan yang dilontarkan oleh “orang atas”, mungkin di izinkan tapi setelah kita di ajak “bermain” bola, di oper kesana-kemari dan kadang malah dipersulit dengan kata “tapi”. Ketiga, ini yang paling hangat, pengkaderan maba yang notabene dilakukan untuk mempercepat adaptasi maba dari SMA ke PT ternyata juga DILARANG untuk dilakukan di beberapa fakultas. Saat mahasiswa menjerit mengeluarkan aspirasinya karena merasa diperlakukan dengan tidak adil, “orang atas” itu malah mengancam. Ada apa? Apa yang mereka takutkan? Mengapa mereka mengancam? Adakah yang mereka sembunyikan? Apa mereka takut hegemoni mereka terbongkar oleh mahasiswa? Perhatikan! Agenda-agenda mahasiswa kini semakin di press, agenda akademis dipadatkan, lembaga mahasiswa tak luput dari introgasi “mereka”, seperti ada ketakutan tersendiri terhadap lembaga mahasiswa dimana mahasiswa yang di dalamnya ialah mahasiswa yang kritis dan dinamis. Inilah yang dimaksud dengan indikasi “Normalisasi” yang abnormal, indikasi akan adanya “pemutihan” organisasi kemahasiswaan dikampus. Mahasiswa DILARANG mencampuri urusan “orang atas” tapi “mereka” selalu mencampuri dan bahkan mempersulit agenda mahasiswa tanpa mau tau tujuan, dan latar belakang agenda mahasiswa yang sifatnya non-akademis, adilkah??



Tinggalkan Indonesia, Belanda Taruh Orang-Orangnya


Belanda yang memang tidak pernah suka Islam, dengan politik pendidikannya saat itu senantiasa memanggil anak-anak muda Indonesia yang cerdas ke sana. Dididiknya di sana dan dikembalikan ke Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan politik yang penting. Atau mereka mendidik tokoh-tokoh bangsa di sini, untuk dijadikan ‘pion’ pemikiran-pemikiran me
reka. Soekarno Hatta WR Soepratman dll terjebak dalam politik pendidikan Belanda ini.


Soekarno telah diincar oleh intelektual Belanda sejak umur belasan tahun ketika belajar di Surabaya. Sayang Soekarno akhirnya lebih memilih bacaan-bacaan komunis yang disediakan Belanda daripada buku-buku Islam yang dikirim oleh ulama besar yang mendidik Mohammad Natsir, Ahmad Hasan,


Soekarno memang termasuk jenius dalam politik. Tapi ia salah menempatkan kejeniusannya. Bacaan-bacaan Karl Marx, Hegel, Sejarah Turki (Attaturk) dan bacaan-bacaan lain yang terus menerus disodorkan intelektual-intelektual Belanda menjadi santapannya. Hingga pemikiran Marxisme akhirnya menjadi landasan berfikirnya. Dan itulah yang menjadikan dia tidak setuju dengan penerapan syariat Islam di Indonesia. Maka tidak heran bila pagi-pagi buta itu ia mengajak Hatta untuk menemui perwira Jepang, Laksamana Mayda.


Ingat jauh sebelum merdeka, Soekarno telah berdebat dengan Natsir dan gurunya A Hasan tentang konsep negara. Soekarno menulis dengan terang-terangan bahwa ia bangga dan kagum dengan Attaturk dan negara sekuler. Sedangkan Natsir dan A Hasan teguh pendirian menyatakan bahwa negara bila tidak diatur oleh Islam dan pemimpin-pemimpin yang sepenuhnya berpegang teguh pada Islam, maka negara itu akan rusak (sebagaimana kita saksikan pada negara kita yang sudah 66 tahun merdeka).


Maka begitu ada kesempatan untuk menjadi merdeka Soekarno bersekongkol dengan Jepang (mungkin juga intelijen Belanda ikut bermain. Wallaahu a’lam) untuk menghapus Piagam Jakarta. Sejarah ini pahit, tapi begitulah kenyataannya dan tentu keluarga Soekarno harus menerima ini dengan terbuka, karena sejarah tidak boleh ditutup-tutupi. Apalagi ini menyangkut sejarah bangsa yang sangat penting. Ingat kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan mayoritas ulama-ulama Islam dan santrinya. Dan hanya dengan teriakan Allahu Akbar Indonesia bisa menang melawan Belanda, Jepang atau tentara sekutu. Bukan dengan teriakan Pancasila. Bukankah Soekarno sendiri menyatakan : Jas Merah. jangan Sekali-kali Tinggalkan Sejarah?


Maka perlu diungkap dengan gemblang apa yang dilakukan kelompok sekuler di negeri ini ketika tiga hari menjelang kemerdekaan menculik Soekarno Hatta. Dalam strategi politik tentu itu dibaca untuk melambungkan dua tokoh itu agar nanti ketika memproklamirkan kemerdekaan diterima bangsa ini. Sebagaimana Kemal Attaturk yang direkayasa Inggris cs menang perang melawan ‘penjajah’ di Turki hingga kemudian melambung namanya pada rakyat Turki.


Belanda, Jepang, tentara-tentara Sekutu (Inggris, AS cs) memang tidak mau negara Indonesia tercinta ini dipimpin oleh tokoh-tokoh Islam yang dididik oleh para ulama. Mereka maunya yang tampil memimpin negeri ini adalah tokoh-tokoh sekuler hasil didikan mereka. Karena dengan mereka diidik, mereka menjadi tahu karakter dan kepribadian tokoh itu sehingga kemudian mereka dengan mudah menyetirnya. Baik secara langsung maupun tidak langsuing.


Penjajah-penjajah kafir dalam sejarah imperialismenya tidak pernah puas sebelum menguras kekayaan alam di negara itu atau menempatkan orang-orangnya untuk dijadikan boneka pionnya. Bila boneka ini mencoba-coba melawannya, maka dengan cepat akan digulingkannya. Dan itulah yang terjadi pada Soeharto, presiden setelah Soekarno. Wallaahu a’lam bish shawab.

Pahlawan Itu

Pahlawan Itu
By: Muhammad Thaufani

Ex. Ketua LDF FKMI Iqtishad Fakultas Ekonomi Untan Periode 2011-2012
Menteri Kastrat BEM Untan Periode 2012-2013

Menurut Anis Matta,pahlawan itu tidak hanya dikagumi tapi pahlawan harus diteladani


Menarik ketika sewaktu masa kecil yang selalu terbayang di benak ingatan kita bahwa pahlawan itu mereka yang punya kekuatan atau mungkin super power dan yang sejernisnya. Ada yang bisa terbang,bergelantung dan masih banyak lagi.

Tapi sekali lagi bahwa itu dulu,di masa kecil sebagian dari saya dan mungkin anda.


Di usia kita sekarang ini,sepertinya kita kembali harus melakukan proses konstruksi, rekontruksi, dan dekonstruksi nilai-nilai pahlawan tersebut dalam kehidupan masyarakat.



Bisa jadi itulah sebabnya kenapa proses metamorfosa bangsa ini sangat stagnan dan tidak terjadi perubahan yang terlalu signifikan karena proses kekaguman selalu yang dikedepankan tanpa dibarengi keteladanan.

Nasionalime IM sejalan dengan apa yang diperjuangkan oleh para pejuang surabaya,, dimana di dalam definisi imam hasan al banna tentang nasionalisme adalah semangat perjuangan itu tidak terbatas oleh sekat maupun ruang dan waktu yang apabila terdapat seorang muslim berpijak maka itulah daerah perjuangan kita.

di dalam semangat para pejuang surabaya terdapat beberapa hal yang bisa kita peroleh di antaranya menghilangkan penjajahan di negeri surabaya dalam rangka penyerangan tentara inggris dan etika perjuangan yang digelorakan sangat khas dengan perjuangan para sahabat rasul dalam berperang,

oleh karena itu definisi itu tergantung kondisi realita dan konsep ideal yang harus bersinergis dalam kebutuhan masyarakat.

10 November, Pahlawan dan Masa Kini

Kebesaran arti pertempuran Surabaya, yang kemudian dikukuhkan sebagai Hari Pahlawan, bukanlah hanya karena begitu banyaknya pahlawan - baik yang dikenal maupun tidak di kenal yang telah mengorbankan diri demi Republik Indonesia. Bukan pula hanya karena lamanya pertempuran secara besar-besaran dan besarnya kekuatan lawan. Di samping itu semua, kebesaran arti pertempuran Surabaya juga terletak pada peran dan pengaruhnya, bagi jalannya revolusi waktu itu. Pertempuran Surabaya telah dapat menggerakkan rakyat banyak untuk ikut serta, baik secara aktif maupun pasif, dalam perjuangan melawan musuh bersama waktu itu, yaitu tentara Inggris yang melindungi (menyelundupkan) NICA ke wilayah Indonesia. Terliat bangsa ini tidak terlalu menghargai jasa para pahlawan. Bagaimana tidak, begitu banyak nyawa tercabut oleh malaikat maut yang lalu, sementara bangsa ini terus menyia-nyiakan izzah yang ia miliki. Krisis di segala bidang, krisis ekonomi, krisis politik, krisis kepercayaan dan lebih miris lagi krisis MORAL.Namun kini, totalitas perjuangan mereka semakin terlupakan. Ter


Potret hitam remaja yang memilukan. Terlihat dari sebuah fakta tentang Seks Bebas dibawah umur. 93,7 % pernah ciuman, petting, oral seks, 62,7% remaja SMP tidak perawan, 21,2 % remaja SMU pernah aborsi dan mirisnya 97% pernah nonton video porno. (Komnas Perlindungan Anak, 2004) Belum juga selesai, pemerintah bukannya bayar hutang, malah nambah hutang jadi 2100 Trilyun. Tak sadar 60% dana APBN Amerika mengalir dari saham kepemilikan mereka terhadap Freeport, serta tambang migas yang notabenenya dikuasai orang luar negeri.
=================================================================
Wahai Indonesiaku, Jika para pahlawan hadir disini, mereka INSYA ALLAH mengatakan “BODOHNYA KALIAN WAHAI ANAKKU, NEGERI 1001 BENCANA, NEGERI 1001 MAKSIAT, LOE GUE END!!!
=================================================================

Wahai sobat pecinta negeri ini, wahai sanak saudaraku, sadarlah. Mari bersama kita menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi intelektual, sosial, dan politik, mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera, serta mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran dengan apapun yang kita bisa. Mulai dari diri kita, jangan pernah lupakan sejarah, jangan pernah larut dalam sejarah, tapi teruskan perjuangan yang diukir oleh sejarah, bersungguh – sungguh dalam bekerja, bangkit bersama melawan korupsi, ga pacaran, galau-galauan, aktif organisasi, berwawasan luas, sehat jasmani dan rohani, dan bermanfaat bagi orang lain.

Pahlawan itu… (ana wa antum semue)

Pahlawan itu… (ana wa antum semue)
Peristiwa 10 November 1945 merupakan pertempuran yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pasalnya sekira 16 ribu nyawa hilang untuk mempertahankan kemerdekaan. Tenaga, pikiran bahkan nyawa adalah harga yang harus dibayar untuk mempertahankan kemerdekaan kala itu. Dan sampai sekarang, setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia diberi waktu untuk mengenang dan merenungkan kembali perjuangan para pahlawan terdahulu.
Mengisi kemerdekaan dengan belajar keras dan bekerja keras seharusnya bukan menjadi kata-kata klasik sepanjang masa. Terkhusus, kata-kata ini ditujukan pada anggota KAMMI di Kalimantan Barat. KAMMI adalah organisasi ekstra kampus yang menghimpun mahasiswa muslim seluruh Indonesia seca
ra lintas sektoral, suku, ras dan golongan. KAMMI menghimpun segenap mahasiswa muslim Indonesia yang bersedia bekerjasama membangun Negara dan bangsa Indonesia. Zaman yang kita hadapi sekarang berbeda dengan zaman sebelum kemerdekaan. Musuh yang kita hadapi sekarang juga berbeda dengan musuh yang dihadapi sebelum kemerdekaan. Bahkan cara yang kita pergunakan untuk perjuangan sudah seharusnya berbeda dengan cara sebelum kemerdekaan.
Pemuda mempunyai peran penting dalam melanjutkan tugas pada setiap sector penggerak pemerintahan nantinya. Sesuai dengan visi KAMMI, KAMMI merupakan wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan bangsa dan Negara Islami di Indonesia. Anggota KAMMI adalah harapan bangsa untuk meneruskan kemerdekaan. Ketika anggota KAMMI tidak produktif, jangan harap eksistensi KAMMI dapat kita lihat pada 50 tahun kemudian!
Tidak harus kita kembali ke masa lalu untuk kita dapat menyadari betapa kemerdekaan adalah sebuah anugerah dan perjuangan para pahlawan, bukan? Tidak harus kembali ada pertumpahan darah (lagi) untuk kita menyadari mengisi kemerdekaan adalah tugas kita, bukan? Semoga masih banyak anggota KAMMI yang mengamalkan belajar keras dan bekerja keras saat ini. Mari ambil bagian dalam mengisi kemerdekaan dengan melakukan tindakan membangun Indonesia lebih baik.
Kita harus menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri. Pahlawan yang akan selalu dikenang dari masa ke masa dari torehan sejarah yang dilakukan selama menjadi angota KAMMI. Perlu kita sadari, banyak hal yang bisa kita lakukan. Diantaranya adalah menjadi anggota atau pengurus yang aktif, sehingga dapat memberikan kontribusi riil terhadap perkembangan KAMMI di Kalbar yang akan menjadi warisan berharga untuk anggota dimasa yang akan datang. Keaktifan kita di KAMMI juga harus diimbangi dengan tidak lalainya kita terhadap amanah orang tua yaitu menjadi sarjana. Kita pasti bisa menjadi pahlawan untuk diri kita, keluarga, bangsa, dan agama.

JANGAN LUPAKAN 10 NOVEMBER


Pertempuran 10 November 1945 adalah peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia melawan pasukan sekutu (Inggris dan Belanda. Persitiwa besar yang terjadi di Kota Pahlawan Surabaya.
Ini adalah pertempuran pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Pertempuran Besar dan Terberat dalam sejarah revoluasi nasional Indonesia dan menjadi simbol Nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Penghinaan pihak sekutu (Belanda dan Inggris) atas kedaulatan Bangsa Indonesia yang baru saja diproklamirkan menjadi penyulut kemarahan arek arek Suroboyo saat itu, ditandai tengan insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, kemudian terbunuhnya Pimpinan Tentara Inggris AWS Mallaby, hing
ga keluarnya Ultimatum Inggris kepada warga Surabaya untuk menyerah pada sekutu. Hal ini semakin memancing kemarahan arek arek Suraboyo yang dipimpin pelopor muda Bung Tomo, mereka Bersatu untuk melawan serangan sekutu saat itu. Dengan kekuatan sekitar 20 ribu tentara Indonesia dibantu dengan 100 ribu sukarelawan,melawan tentara sekutu yang berjumlah sekitar 30 ribu (didukung dengan tank, pesawat tempur, dan kapal perang).


Pertempuran ini mengakibatkan korban jiwa sekitar 16.000 tewas dari pihak Indonesia dan sekitar 2.000 tewas dari pihak sekutu.


+====== REFLEKSI 10 NOVEMBER ======+


Melihat sejarah besar yang pernah terjadi pada 10 November 1945 di Kota Surabaya ini, menggambarkan begitu berani dan semangatnya arek arek Suroboyo saat itu, tanpa kenal takut akan kematian, mereka berjuang untuk Martabat dan Harga diri Bangsa Indonesa.


Tentu sebagai generasi muda saat ini, kita harus sadar, dan dapat menyelami begitu keras dan semangatnya pemuda Indonesia saat itu yang begitu mencintai bangsanya.

Yang kita hadapi saat ini bukan penjajahan dalam bentuk fisik, melainkan penjajahan dalam INTELEKTUAL, sadar atau tidak sadar saat ini bangsa Indonesia tengah terjajah dengan kekuatan kekuatan bangsa luar yang menanamkan penjajahan model baru yang diinjeksikan dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, dll.

Sadari itu kawan, BANGKIT dan kita tunjukkan kecintaankta terhadap Bangsa ini dengan terus berkarya dalam membangun Indonesia yang lebih baik.

Merdeka atau Mati!!!!

Masih adakah Spirit Kepahlawanan itu..???

Masih adakah Spirit Kepahlawanan itu..???
By: Dedi Kurniawan
Ex. Kepala Badan Kerohanian Mahasiswa Islam
Universitas Tanjungpura
Periode 2011 - 2012
Staff KP KAMMI Kalbar

Ketika mendengar kata Pahlawan mungkin yang terbesit di kepala kita adalah mereka yang telah berjasa dan berjuang dengan harta bahkan nyawa untuk mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan.
Kita sering menyaksikan bahwa setiap tanggal 10 november selalu di peringati sebagai hari pahlawan di negeri ini. Pertanyaan adalah sudahkah kita menyadari dan meresapi semangat kepahlawanan para pendahulu kita ? atau apakah perayaan tersebut hanya sebatas seremonial belaka? Lalu, Apakah saat ini kita hanya mengenal bahwa pahlawan itu adalah mereka yang mengorbankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan saja? Kalau begitu, adakah gelar pahlawan masa kini?
Pahlawan bukanlah untuk dikagumi, tapi untuk diteladani. Dulu, Para Pahlawan kita berjuang dengan fasilitas yang minim dan serba terbatas. Namun dengan tekad yang membara mereka mampu mengalahkan musuh – musuh. Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni Bung Tomo yang mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya radionya.
Zaman berubah seiring dengan perkembangan globalisasi. Kalau dulu, semangat perjuangan para pahlawan adalah semangat anti kolonialisme yang ditandai perang secara fisik, mereka telah berhasil mengusir para penjajah dari negri ini dan berhasil merebut kemerdekaan. maka sekarang, sejatinya para pahlawan harus berjuang melawan kemiskinan, kebodohan, korupsi dan tata nilai (sistem) yang merusak bahkan menghancurkan jati diri bangsa Indonesia.
Saat ini kita menyaksikan di wilayah Indonesia masih dihantui oleh berbagai krisis. Mulai dari krisis moral sampai pada krisis keteladanan atau krisis kepemimpinan. Tawuran pelajar/mahasiswa menjadi tak heran. Begitu juga dengan konflik horizontal, seolah – olah menjadi pemandangan yang biasa menghiasi media massa akhir – akhir ini. Masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan hukum, mereka telah memutuskan permasalahan dengan caranya sendiri. Belum lagi, penyakit kanker korupsi yang sudah mencapai stadium terakhir. Tambahan lagi kebijakan imperialisme begitu mengakar. Kita membutuhkan orang yang berani untuk melawannya. Kita membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya. Layaknya seorang pahlawan.
Menghadapi situasi seperti sekarang, kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Dalam konteks ini kita dapat mengisi makna Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun pada 10 November, termasuk pada hari ini. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang aman, damai, adil dan sejahtera.
Jika, kalau bukan kita yang memulai menjadi pahlawan? Lalu siapa lagi? Kita tidak bisa terus-terusan mengharapkan perubahan baik dari bangsa tanpa memberikan contoh berarti terlebih dahulu, bukan?
Mari hadirkan spirit ‘kepahlawanan” dalam diri kita.
Pemuda bisa menjadi pahlawan dengan cara terus berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Seorang guru juga adalah pahlawan karena dengan ilmunya, akan melahirkan pahlawan – pahlawan berikutnya. Seorang ilmuwan pun bisa menjadi pahlawan dalam bidangnya berkat penemuannya yang dapat menyejahterahkan orang banyak. Lalu seorang pegusaha dan politisi juga bisa menjadi pahlawan, selama orientasi kerjanya bukan untuk kepentingkan diri dan kelompoknya, namun untuk kepentingan rakyat.
“Pahlawan adalah cermin jati diri bangsa. Tanpa perjuangan mereka, mungkin tak ada sebuah Negara yang bernama Indonesia. Mereka lahir dari kondisi yang tak nyaman, penuh tantangan dan melalui masa – masa pembinaan yang panjang. Ikhlas bekerja, Rela berkorban dan tanpa pamrih adalah sikap para pahlawan.

-selamat hari pahlawan, 10 November 2012-

Wallahu’alam

Menanti Pahlawan Baru


Menanti Pahlawan Baru
By: Rahmat Syaiful
"Sang Orator"
Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
Komisariat Universitas Tanjungpura
Periode 2012-2013

Seakan Allah tentukan dengan sengaja, hari pahlawan di tahun ini tidak terlalu jauh jaraknya dengan hari paling bersejarah dalam kehidupan umat muslim, hari di mana masa kepahlawanan baru muncul, hadir melingkupi dua pertiga dunia.

***
            Adalah Abu Hafs Amirul Mukminin Umar ibnul khattab ra. sang furqan, yang menetapkan peristiwa hijrah dari mekkah ke madinah sebagai awal dari tahun hijriyah, bukan menjadikan hari lahir Nabi saw atau hari wafat ataupun hari dimana firman pertama di wahyu kan. Ia mengambil peristiwa hijrah sebagai permulaan tahun bukan tanpa alasan, satu di antara alasan ialah ketika memasuki tahun baru hijriyah umat muslim dapat kembali meresapi kisah di balik hijrah yang sarat makna, ia bukan sekedar perjalanan ratusan mil di padang gersang,melainkan penyampaian teladan oleh Nabi saw mengenai strategi dakwah, dimana beliau saw memilih pergi ke madinah dalam upaya menyiapkan strategi yang lebih matang untuk dakwah islam. Hijrah ini juga mengajarkan pengorbanan yang besar, kaum muslimin yang hijrah harus merelakan harta bendanya tertinggal di mekkah, merelakan terpisah jauh dengan sanak saudara. Dari hijrah ini juga mengantarkan kita pada hal menakjubkan yang mungkin tak kan pernah terulang di masa kepemimpinan siapapun kecuali Nabi saw. Tak ada satu Negara pun sebelum Negara madinah yang pernah menjadikan tamunya sebagai pimpinan tertingggi. Dia lah Rasulullah saw yang tatkala hadir memasuki Yatsrib di sambut dengan senandung yang kita kenal kini dengan shalawat badar. Dialah Rasulullah saw,.. Di nyatakan dalam riwayat hal ini dapat terjadi karena masyarakat telah siap dengan kepemimipinan Nabi yang mulia, kabar kebaikan Rasul saw telah sampai ke seluruh penjuru yatsrib, bahkan di nyatakan bahwa sebelum hijrah Nabi saw, tak ada satu rumah pun yang belum termasuki oleh islam. Itulah mengapa hari ini begitu penting untuk di ingat, masih banyak pelajaran lain yang dapat di ambil dari kisah hijrah.
***
            Di momen hari pahlawan dan tahun baru islam ini, paling tidak ada satu tokoh yang patut kita teladani dialah pemuda luar biasa, seorang hartawan yang amat rupawan, senantiasa wangi dan menjuntai panjang pakaiannya tatkala masih beragama yang lama, agama nenek moyangnya, namun wafat dalam keadaan mengenaskan, bahkan kafan pun tak mencukupi tuk menutupi jasadnya hingga harus menggunakan daun daun kering. Sosok pemuda gagah berani yang mengorbankan segala kenikmatan harta dunia serta cinta pada sang bunda untuk menjadi pionir dakwah rasul saw. Dialah sang diplomat Mush’ab bin Umair. Belum lama ia beriman, belum tua usianya, sekitar 23 tahun kala itu, namun Rasul saw memerintahkannya menjadi pembuka jalan dakwah di yatsrib. Tak mengecewakan, ia berhasil menyiapkan mental masyarakat yatsrib untuk menjadikan Negara mereka sebagai Negara Islam yang tunduk di bawah Undang-undang karya Muhammad saw. Hingga nama pun di konversi dari yatsrib menjadi Madinah Al Nabi yang kita kenal dengan sebutan Madinah. Sebuah Negara yang menjadi model Negara impian yang sampai saat ini belum ada Negara yang menyamai kesejahteraan Negara madinah.
***
            Sahabat fillah, banyak sahabat yang kita jadikan contoh, namun agaknya di momen kali ini Mush’ab bin Umair dapat menjadi pemantik semangat bagi kita dalam menjalankan tugas dan beban dakwah yang di pikulkan di pundak kita. Mush’ab telah mencatatkan namanya di lembar sejarah dengan indah. Kini, sekarang lah masa juang kita menegakkan kembali pilar pilar itu. Menjadikan islam sebagai solusi bagi problema yang ada di dunia ini. Para sejarawan islam sepakat bahwa abad kelima belas ini merupakan masa kebangkitan islam. Sekarang kita telah berada di sepertiga abad ini, hembusan angin segar senatiasa berhembus menantikan masa itu kembali. Masa itu tak kan lama lagi, 

demi malam yang terengah-engah, dan demi subuh yang mulai bernafas
(TQS At Takwir : 17-18)
Kita sekarang masih di kegelapan malam, namun malam pun mulai lelah. Masih gelap memang kita saat ini, tapi subuh sudah mulai akan menyingsingkan fajarnya. Kita sekarang berada di masa peralihan antara gelap malam dan benderang cahaya mentari pagi. Inilah momentum kepahlawanan kita, akan kah menjadi para para pejuang tegaknya yang akan menyaksikan betapa indahnya matahari terbit atau tidur di waktu ini, menarik selimut, menggulungkan dengan kencang membalut tubuh???

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik".
(TQS Yusuf : 108)




#Catatan ini terinspirasi oleh khutbah jum’at yang di sampaikan oleh Ust. Harjani Hefni dengan semangat menggelora

Indahnya Ramadhan

Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa. Bulan yang ditunggu-tunggu pecinta surga. Pernahkan kita berpikir mengapa demikian saudaraku?? Hal tersebut karena pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu ibadah, amal, dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Ilahi terbuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu. Bulan dimana dijanjikan oleh_Nya rahmat (karunia), maghfirah (ampunan), dan itqun min al-nar (pembebasan dari api neraka). Puasa akan membangunkan hati Mukmin yang ‘tertidur’ merasa selalu diawasi Allah sehingga mencegah kemungkaran. Perut yang kenyang dapat memandulkan perasaan sehingga menjadikan hati keras, menyuburkan sikap liar, dan maksiat kepada Allah dan sesama manusia tetapi dengan puasa kita dapat merasakan kelaparan sesama sehingga menimbulkan empati bagi sesama dan solidaritas sesama muslim. Betapa indahnya bulan ini yang merupakan wahana memupuk solidaritas antar umat manusia. Dan pada akhir bulan keutamaannya disempurnakan dengan kewajiban membayar zakat fitrah sebagai manifestasi puncak solidaritas sosial tersebut.


Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Inilah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan lain selain bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Allah swt. mengistimewakan dengan menyebutkannya dalam kitab-Nya bahwa “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah:185). Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya, Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalangi-nya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa ‘at untuknya.’ Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafaat untuknya (HR. Imam Ahmad dan Ath Thabrani). Jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani dan memperbanyak pada sisi ruhiah. Dalam keadaan seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, karena ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Karena itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.
Keistimewaan lainnya dibulan Ramadhan adalah bahwa Allah SWT membuka peluang lebar-lebar bagi kita untuk membersihkan dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan asal kita melaksanakan puasa Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas serta tidak melakukan dosa-dosa besar. Kesalahan adalah manusiawi. Muslim yang baik bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, karena itu tidak mungkin. Sudah menjadi tabiat manusia melakukan kesalahan dan kekhilafan. Di samping dorongan hawa nafsu dan tarikan lingkungan juga karena memang setan telah berjanji akan terus menggoda manusia. Akan tetapi, kata Nabi, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bersegera bertobat. Betapa indahnya bulan ini, dimana Allah membuka pintu ampunan lebar-lebar atas segala dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan apbila kita mau bertobat. Tentang hal ini, Nabi menyatakan ”Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Ahmad)”. ”Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan menghapus dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi. (HR Muslim)”.
Betapa mulianya bulan ini, dimana di dalamnya Allah yang Maha Pemurah menjadi lebih pemurah lagi. Dilipatkangandakan-Nya perhitungan pahala orang yang berbuat kebajikan. Siapa saja yang melakukan ibadah sunnah dihitung melakukan kewajiban dan yang melakukan kewajiban dilipatkangandakan pahalanya. Sesungguhnya engkau akan dinaungi bulan yang senantiasa besar lagi penuh berkah, bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar pahalanya surga. Ramadhan adalah bulan pemberian pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang Mukmin. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Apa yang akan kita peroleh dari bulan yang mulia ini tergantung pada diri kita masing-masing. Semuanya tentu berpulang pada bagaimana kita memaknai puasa Ramadhan itu sendiri. Bila puasa dimaknai sekadar tidak makan dan minum serta  tidak melakukan yang membatalkan puasa, tentu hanya itu pula yang bakal didapat.  Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan betapa banyak orang yang menghidupkan malam tidak mendapatkan apa-apa kecuali begadangnya saja. Apakah itu pilihan kita saudaraku?? Tentu tidak. Puasa harus dimaknai lebih dari sekedar itu, puasa adalah amal ibadah dimana didalamnya penuh dengan kebaikaan, kebajikan dan berkah dimana kita harus senantiasa menjaga ibadah puasa kita dari perkara-perkara yang sia-sia. Mau melewatkan waktu selama Ramadhan dengan sia-sia atau meraih keutamaan-keutamaannya adalah tergantung kemauan dan pilihan kita.

Sambut Ramadhan 1433 H



Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islam harus mengambil keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama di 10 terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw. menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.


Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.

Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).

Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu  yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.

Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada   sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).

Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehinggam ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.

Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah) 
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman:
 « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11).

Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).

Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.

Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).

Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud 52)

Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar
kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalamm berbagai bidang kehidupan.

Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan

Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari mperbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya.

Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.

Paradigma Gerakan KAMMI




1. KAMMI adalah Gerakan Da’wah Tauhid
  • Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah swt. 
  • Gerakan Da’wah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin). 
  • Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar) 


2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik
  • Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal 
  • Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal 
  • Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik. 
  • Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan pemikiran yang menjangkau realitas rakyat dan terlibat dalam penyelesaian masalah rakyat. 


3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen
  • Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid. 
  • Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan. 
  • Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi. 
  • Gerakan Sosial Independen bertujuan menegakkan nilai sosial politik yang tidak bergantung dengan institusi manapun, termasuk negara, partai maupun lembaga donor 


4.KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer
  • Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter. 
  • Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal. 
  • Gerakan Ekstraparlementer berarti tidak menginduk pada institusi parlemen maupun pembentuk parlemen (partai politik dan senator). Independensi sikap politik bulat utuh tanpa intervensi partai apapun. 
  • Gerakan Ekstraparlementer bergerak di luar parlemen dan partai politik, sebagai representasi rakyat secara independen.

FIQIH HUMAS GERAKAN


Siapa yang tidak kenal Al-Jazeera di dunia pemberitaan? Saya kira, nama ini pasca “Tragedi 9/11” cukup akrab di telinga para wartawan dan aktivis pergerakan. Stasiun televisi yang terletak di Doha, Qatar, ini kerap mengungkap pemberitaan yang cukup mengimbangi reportase media massa Barat dalam berbagai kasus Dunia Islam. Terlebih, stasiun televisi ini sering mempublikasikan keberadaan dan wawancara ‘The Most Wonted’ Osama bin Laden yang membuat para penguasa AS berang. Di luar dugaan, setelah dilacak ternyata Al-Jazeera yang menghebohkan itu adalah stasiun televisi kecil, kantornya pun sederhana.
Apa yang membuat istimewa dari Al-Jazeera sehingga meresahkan Barat? Salah satunya adalah jaringan. Begitu juga, mengapa komunitas Barat yang besar itu pun cukup takut dengan masih hidupnya Osama bin Laden, sehingga mereka begitu semangat menghabiskan dana melobby sana sini, menyelenggarakan konferensi internasional dan aliansi untuk ’sekedar’ mendefinisikan dan merumuskan kerangka kerja penangkapan para ’teroris’ jaringan Osama itu? Jawabanya  masih di Jaringan. Jaringanlah yang membuat seseorang atau organisasi terasa lebih besar. Semakin luas dan kuat jaringan sebuah pergerakan maka semakin kokoh pula daya dukungan pergerakan tersebut. Dalam konteks pergerakan KAMMI, Hubungan Masyarakat (Humas) merupakan kunci jejaringan itu.
* * *


Tulisan ini sedikit memberikan sumbangsih mengenai fiqh kehumasan sebuah gerakan. Tepatnya mengelaborasi beberapa taujih (petunjuk) Rabbani yang berkenaan dengan kehumasan yang terdapat di dalam al-Qur’an. Namun, dalam tulisan ini saya memaknai humas dalam dua dimensi: Bidang Kehumasan dan juga spirit kehumasan kader dan pengurus. Keduanya dibahasa secara berbaur, sehingga tidak ada demarkasi antara siapa yang melakukan apa, tapi semua bekerja dengan kesadaran yang sama. Sebab masalah kebidangan hanya masalah siapa yang diamanahi secara struktural, tapi tanggung jawab berhubungan dengan elemen masyarakat adalah tanggung jawab semua.
Terlepas dari pembedaan istilah mana tepat antara Humas dan PR (Public Releation), humas yang saya maksud adalah mereka yang bekerja dalam tiga paradigma kerja: positive image building (pencitraan), networking (jejaring), dan jurnalisme.
Di dalam al-Qur’an, tiga paradigma kerja humas tersebut terintegrasi dalam satu spirit, visi dan misi, yakni kemenangan Dakwah. Kerja-kerja pencitraan, penjaringan, dan jurnalisme akan memiliki elan vital jika ditopang dan berawal dari kekuatan dasar ideologinya. Tanpa spirit ini, kerja-kerja kehumasan terasa tanpa ruh dan tampak berjalan sendiri-sendiri tanpa ada sambungan dan keterkaitan satu dengan lainnya. Jika hal ini tidak diresapi oleh kader dan pengurus yang diamanahi akan berdampak pada kelunturan energi dakwah gerakan tersebut.


Pencitraan a la Nabi Yusuf a.s
Surat Yusuf, menurut Amru Khalid, penulis buku Pesona Al-Qur’an, menggambarkan sosok Nabi Yusuf bukan sebagai nabi, tapi manusia biasa. Penjelasan mengenai kenabiannya justru diungkap di surat yang lain.  Hikmah yang terkandung dari ilustrasi demikian, bagi kita, adalah bahwa dinamika Yusuf adalah problem yang dapat dipecahkan secara manusiawi, tanpa harus menunggu wahyu turun kembali ke bumi.


Satu kasus yang terkenal adalah fitnah wanita yang mengakibatkan dia masuk ke bui. Penjara adalah pilihan sadar Yusuf dari pada harus hidup di istana megah. Dari sini kemudian, beliau banyak berkontribusi memecahkan berbagai kasus, termasuk teka-teki mimpi Raja Mesir ketika itu. Al-kisah, setelah kasusnya terpecahkan melalui jawaban yang dititipkan pada utusan raja, Yusuf pun dipanggil menghadap Raja. Yusuf tahu, Raja amat membutuhkan orang yang dapat menjalankan grand program-nya sebagai antisipasi atas nasib sebuah bangsa selama 14 tahun di masa depan. Tapi Yusuf sadar, pengalamannya dijebloskan ke penjara menyisakan imej negatif di masyarakat yang akan menghalangi kelancaran kerja kenegaraan dan dakwahnya kelak. Karena itu beliau meminta citranya dibersihkan. Al-Qur’an merekam kejadian ini dengan memukau, bahwa kesalahan yang menyebabkan dia masuk ke penjara bukanlah kesalahan dirinya. Pengakuan ini diberikan oleh masyarakat bukan dari Yusuf. Citra Yusuf sudah positif, karena dirinya sendiri sejak semula telah menjaga nilai kebaikan itu.


Raja berkata: "Bawalah dia kepadaku." Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: "Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mereka."
Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" Mereka berkata: "Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya". Berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar."
(Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar dia (Al Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang  yang berkhianat.
 (QS. Yusuf: 50-52)



Membangun citra positif gerakan menuntut kita untuk konsisten dengan nilai baik yang dibawa gerakan tersebut. Untuk memperoleh daya dukung lebih, citra positif tidak cukup dengan tampil baik dan elegan semata, gerakan pun harus proaktif membangun citra yang diterima masyarakat luas.


Networking di Surat Yasin
Mari kita tadabburi sejenak ayat-ayat 13-21 surah Yasin ini:


Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (13) (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga  utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang diutus kepadamu". (14)
Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka". (15)
Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu". (16) Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". (17)
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami". (18)
Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". (19)
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu". (20) Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (21)

Fragmen seorang lelaki yang bergegas dari ujung kota menunjukkan bahwa dakwah yang disampaikan oleh para utusan (nabi) tersebut sudah masuk dan terdengar ke pelosok-pelosok negeri, tetapi Dakwah di pusat perkotaan sendiri tidak cukup masif diterima—karena harus diuji validitas kerasulannya—padahal Allah telah memperkuat barisan dakwah dengan mengutus tiga Rasulullah. Seakan terdapat isyarat fenomena sosial bahwa kebenaran dakwah yang diserukan oleh ’internal’ utusan/gerakan tidak cukup kuat jika tidak didukung oleh kekuatan jaringan masyarakat/tokoh dari pihak mereka yang didakwahi.


Jurnalisme Investigatif Hudhud
Burung Hud-hud adalah bagian dari ‘pegawai’ kerajaan Nabi Sulaiman. Sempat ketika Sulaiman mengadakan koordinasi kerajaan, Beliau mengecek terlebih dahulu para pengurus kerajaan. Satu per satu diabsen. Dan ketika Beliau memanggil Hudhud, tidak ada yang menyahut. Sulaiman pun marah, karena ada stafnya yang indisipliner. Kejadian ini termaktub di dalam surah An-Naml:


Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang". (QS. An-Naml: 20-21)


Namun ternyata ketidakhadiran Hud-hud, sebagai burung informan Nabi Sulaiman, justru ia tengah bekerja dalam bingkai dakwah juga di luar jam kerjanya. Hud-hud tengah melakukan jurnalisme investigatif, sebagaimana diceritakan di dalam ayat berikutnya:


Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang meyakinkan. (22)


Berikut hasil reportasenya:


Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita (Balqis) yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. (23-25)


Hasil repotase ini diungkapkan dengan teliti dan penuh kekaguman, namun Hud-hud sadar dirinya juga sebagai da’i yang membawa misi dakwah tauhid, maka kekagumannya ditepis bahwa yang memiliki singgasana yang besar adalah Allah semata, dengan berita penutup:


Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar". (26)


Pengalaman Hud-hud di atas merupakan pelajaran berharga yang dapat kita terapkan dalam gerakan dakwah kita saat ini. Pertama, setiap prajurit dakwah adalah da’i yang membawa semangat dakwah tauhid. Kedua, setiap da’i bekerja untuk selalu up to date terhadap realitas medan dakwahnya. Ketiga, jiwa dan pikiran seorang aktivis pergerakan tersimpul dalam kata proaktif. Keempat, karena kita beramal jama’i, maka seorang staf harus selalu koordinasi dengan mas’ulnya, melaporkan hasil tugasnya, mas’ul pun demikian, bekerja sebagai pemimpinnya (QS. An-Naml: 27-28).


Menjadi Humas Progresif
Bekerja sebagai bagian dari PR atau Humas adalah pekerjaan yang menyenangkan. Selain diri kita terlatih untuk dapat membangun porfermance yang baik, juga kita dapat membangun relasi yang luas. Silaturrahim, kata Rasulullah, dapat memperpanjang usia dan memperbanyak rezeki. Memang sabda ini benar adanya. Usia misi hidup kita menjadi panjang walaupun kita sudah tiada. Usia karya hidup kita pun akan lebih lama karena pintu-pintu kebaikan yang kita buka bagi kolektivitas gerakan kita karena kemudian akan dilanjutkan generasi berikutnya. Oleh karena itu, tiada kata putus asa dengan pekerjaan ini, yang tersisa hanyalah satu: progresivitas. Barang siapa yang aktif maka sebenarnya ia tengah menyiapkan tempat yang menyenangkan bagi dirinya...ujar al-Qur’an (faman ’amila shalihan fali-anfusihim yamhadun)
Setidaknya ada tiga hal yang menjadikan kehumasan kita menjadi Humas yang Progresif. Berikut Trend PR yang sekarang tengah berkembang:
  • Berpikir Holisitik-Integralistik
    Ada dua makna yang dimaksud dengan berpikir holisitik dan integralistik. Pertama, Humas gerakan harus memahami visi dan misi gerakan secara menyeluruh, bahkan menjiwainya lebih mendalam. Dalam hal ini juga, seorang kader Humas harus up to date terhadap program kerja yang tengah dilakukan bidang-bidang yang lain, sehingga tidak terjadi gagap informasi internal ketika ditanya orang lain.
    Kedua, dari misi gerakan ke stakeholders gerakan. Maksudnya, Humas harus mampu menerjemahkan berbagai kehendak gerakan sesuai dengan keinginan publik atau stakeholder. Di antara keduanya mungkin terjadi kontradiksi, nah kerja humas adalah mengkomunikasikannya dengan kreatif. Gerakan yang kekeh tapi tidak memiliki kepekaan sosial alih-alih akan diasingkan masyarakat.
  • Bekerja sebagai Strategic Tools
    Yang dimaksud dengan ‘alat strategis’ di sini bahwa Humas harus bekerja sebagai pekerja ahli yang mengatasi segala persoalan gerakan. Ketahuilah bahwa Humas adalah tangan kanan pemimpin gerakan, yang karenanya selalu mewakili pemimpin dalam berbagai persoalan, terutama menyangkut kebutuhan eksternal. Oleh karena itu, kader yang ada di Humas harus menyadari akan posisi strategis dirinya yang membawa peran signifikan.
  • Cendekiawan PR Kreatif
  1. Dari Gagasan ke Media Tulis
    Menjadi Humas gerakan merupakan kesempatan berharga untuk mengaktualisasikan potensi kecendikiawanan. Humas harus terlatih untuk menuliskan reportase, statement/ pernyataan sikap gerakan, ulasan kasus, wawanacara Ketua Umum/Sekjen/Bidang terkait, dan ide-ide brilian anda. Sosialisasi gagasan/wacana yang dimiliki gerakan akan lebih dinamis jika ditopang oleh Humas yang terlatih meramu gagasan menjadi tulisan yang dapat dibaca dan ‘dicicipi’ orang lain.
  2. Dari Tulisan ke Media Visual
    Jhon Naisbitt, seorang futurolog terkenal penulis Megatrend 2000 di tahun ’90-an, di buku terbarunya, Mind Set (2007), mengatakan bahwa masa depan terletak di masa kini. Menurutnya, tren budaya masa depan lebih didominasi oleh tren visual. Buku novel tebal yang memuat ribuan kata akan diambil alih oleh fragmen visual beberapa menit. Begitu juga rancang bangun rumah masa depan adalah rancang bangun yang visualistik (kreatif) tidak semata kubus atau berbaris rapi. Di sini Humas harus lebih kreatif untuk mendokumenkan berbagai gagasan, acara, promosi gerakan, dll, secara digital, visualis, dan kreatif. Begitu juga dalam mengemas gagasan ideologi gerakan.
  3. Dari Media ke Performance Pribadi
    Selain kreativitas karya-karya kehumasan, secara pribadi pun seorang Humas harus tampil terampil dalam pribadinya. Humas dapat bekerja dengan berbagai performance, sesuai perannya: PR itu sendiri, reporter, dokumenter, atau mewakili bidang lain.

Bentuk-bentuk Komunikasi Qur’ani
Sebagai seorang Humas bagi sebuah gerakan politik mahasiswa yang bernapaskan dakwah, perlu juga menguasai performance komunikasi qur’ani berikut ini:


Ø Qoulan Kariman (komunikasi yang mulia)
Bentuk komunikasi kariman ini ditujukan pada generasi yang berinteraksi dengan orang tuanya. Generasi yang lebih tua dan lebih dahulu mengenyam pengalaman adalah tempat kita untuk menyerap berbagai pengetahuan dan ilmu kehidupannya. Sebagai seorang kader dakwah, tugas utamanya adalah banyak belajar pada para pakar/tokoh sezaman yang masih hidup di zamannya.


Ø Qoulan Layyinan (komunikasi yang lembut)
Di dalam Al-Qur’an, kalimah ini digunakan ketika Allah memerintahkan Musa agar menemui Fir’aun dengan bahasa yang layyin. Komunikasi seperti ini adalah teknik diplomasi gerakan profetik mengkomunikasikan pesan gerakkannya pada penguasa.


Ø Qoulan Maisuran (komunikasi yang memudahkan)
Perkataan yang memudahkan merupakan sarana penyampaian gagasan besar secara sederhana, gagasan rumit lebih mudah dicerna, dan ide teoritis jadi aplikatif. Tingkat berpikir masyarakat yang berbeda-beda, terkadang jadi kendala gerakan. pola komunikasi yang memudahkan ini merupakan langkah terjadinya salah persepsi publik.


Ø Qoulan Ma’rufan (komunikasi yang tegas)
Ada bahasa logika, ada pula bahasa perasaan. Kedua-duanya terkadang tidak singkron. Tapi yang disebut kebenaran tidak bisa berbunyi jika tidak diungkapkan dengan bahasa yang tegas.


Ø Qoulan Sadidan (komunikasi yang jujur)
Ayatnya berkenaan dengan proses alih generasi. Kekhawatiran kita akan kelemahan generasi pelanjut, disarankan al-Qur’an agar bertakwa dan selalu berkomunikasi yang jujur. Kejujuran dalam konteks kehumasan amat penting. Jika sebuah gerakan mengungkap data-data yang tidak valid bisa terjebak kebohongan publik, sekalipun logikanya benar.


Ø Qoulan Balighan (komunikasi yang sampai ke pikiran dan menyentuh hati)
Sebuah idealisme terkadang sampai pada sekelompok atau seseorang dengan bentuk verbal. Maka tugas gerakan adalah melakukan verbalisasi ide-ide ataupun peliputannya. Dan terkadang, sebuah idealisme atau fakta dapat diterima jika dirancang secara kreatif dan menyentuh. Maka tugas gerakan adalah memformulasikan dengan tepat dan menarik.
Keenam bentuk komunikasi dalam al-Qur’an ini di lapangan dapat berbaur secara terpadu, tinggal bagaimana kita lincah menggunakannya.


Catatan:
Sebagai gerakan dakwah tampilan gerakan harus mencerminkan muatan nilai dan moral, termasuk dalam aksi jalanan. Protes adalah hal yang wajar karena bagian implementasi dari Tauhid Sosial dan agar terhindar dari penyesalan di akhirat. (QS. Al-Ahzab: 67-68)
Yang perlu dijaga adalah etikanya, sehingga jika pun harus aksi jalanan yang dituju bukan pada personalnya tetapi tindakannya. (QS. An-Nisa’: 148)
Juga tidak pula menyentuh hal-hal yang sensitif di masyarakat, seperti yang dilansir surah Al-An’am: 108, yang berbunyi:


Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.


Etika Jaringan
Adalah surat al-Hujurat yang menjelaskan fakta sosial bahwa manusia itu berkamar-kamar. Mereka memiliki ruang komunikasi sendiri yang terinstitusi, terlembagakan, bahkan memiliki hak privasi tersendiri, seperti kalangan tokoh. Dengan demikian Peran Humas dalam hal ini adalah membangun jaringan dengan beberapa etika yang diisyaratkan al-Qur’an berikut ini:
a. Tidak (sok) lebih tahu dari pakarnya
Pada prinsipnya seorang Humas ketika memperluas jaringan dalam konteks memberi dan menerima. Memiliki jaringan dengan seorang pakar atau sebuah institusi, etika harus dijaga salah satunya tidak mendahului mereka yang lebih ahli. (1)


b. Menjaga intonasi suara agar tidak menyakitkan
Terkadang ada pihak-pihak tertentu yang menyukai kawan bicaranya tegas, tapi lain pihak lembut dan tenang. (2-3)


c. Lebih etis melalui jalur depan
Biasanya jalur belakang lebih cepat, tapi jalur depan pun menunjukkan tingkat gentle kita. (4)


d. Klarifikatif
Aktivis gerakan Islam jangan mudah termakan berita. Fungsi klarifikasi harus lebih dikedepankan jika mendapat informasi penting, tidak reaktif dan sporadis. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (6)


e. Memiliki MoU yang jelas
Kesepakatan di antara dua institusi atau dengan kalangan tokoh dalam beberapa momentum perlu kejelasan kontrak. Seperti kasus reformasi yang menggait tokoh atau pilihan bupati dalam pilkada, kontrak politik harus jelas agar tidak ada efek samping. Namun demikian ukhuwah lebih utama dari yang lainnya. (9-10)


f. Tidak saling merendahkan
Jaringan yang kita bangun bukan jaringan yang sekedar say hallo, tapi jaringan yang bersifat permanen dan memiliki arti signifikan dalam kemenangan dakwah, maka jangan menganggap remeh orang lain. (11)


g. Positive Thinking
Mengghibah selain berdosa, juga membawa efek sosial yang tidak baik. Berpikir positif dan klarifikatif lebih baik dari pada membicarakannya di belakang. (12)


h. Memahami pluralitas dan multikulturalisme
Keragaman gerakan dan realitas sosial politik kita ikut memantik kearifan multikultural kita. Namun demikian tujuan dakwah adalah yang utama. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (13)
* * *
Demikian sekilas tentang Fiqih Humas Gerakan. Penggunaan istilah Fiqih ini bukanlah ajaran fiqih baru yang selama ini kita maknai fiqh sebagai ilmu hukum agama, melainkan pada pemahamannya. Para ulama menyebutnya al-fiqh adalah al-fahmud-daqiq (pemahaman yang mendalam). Pemahaman mendalam itu kita dapatkan ketika kita mempraktekkannya, terjun ke lapangan. Menjadi Humas adalah tanggung jawab kita semua. Budaya silaturrahim gerakan perlu digalakkan. Budaya kreativitas pun perlu disemai. Semoga kelak publik akan mengetahui bahwa Dakwah Islam inilah yang akan menyelamatkan bangsa dan dunia kita. Allahu a’lam