KAMMI, TRANSFORMASI GERAKAN NABI MUSA KE NABI YUSUF

Sebagian besar Al Qur’an berisi tentang sejarah, yang kita tahu bahwa fungsi dari dipaparkan sejarah adalah agar para pembaca bisa memahami realita masa lalu dan masa kini. Poin penting dari hadirnya sejarah adalah agar bisa menjadi “guru” yang senantiasa memberikan pengajaran berharga.Tidak hanya orang-orang taat yang diceritakan di dalam Al Qur’an, orang-orang sesat dan menyimpang pun banyak diceritakan di dalamnya. Hadirnya berbagai kisah orang-orang yang beruntung, merugi dan celaka di dalam Al Qur’an salah satu fungsinya agar kita bisa memilih mana jalan yang baik mana jalan yang buruk.

Kisah Nabi Musa, sangat banyak ayat yang mengupas tentang riwayatnya. Keberaniannya dalam mendakwahi Fir’aun, mengatakan yang haq di hadapannya, dihadapkan dengan penyihir dan masih banyak lagi kisah heroik Nabi Musa. Lihatlah keberanian sosok Nabi Musa berdakwah di depan Fir’aun :

Dan Musa berkata: "Hai Firaun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel (pergi) bersama aku". (QS. Al A’raf 104-105)

Kisah kedua adalah Nabi Yusuf AS. Sosok Nabi yang berintegritas. Sosok soleh dan juga cendikiawan. Dari dalam sumur hingga Negara, begitulah jejak perjuanganya dalam mendakwahkan ajaran tauhid. Lihatlah ayat berikut ini :

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik". Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.(QS. Yusuf : 25) 
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".(QS. Yusuf :55)

Nabi Yusuf adalah sosok yang sangat kuat imannya, terlihat pada QS. Yusuf : 25, ketika digoda oleh seorang wanita di dalam kamar dia tetap menjaga kehormatan dirinya, integritas.
Ayat berikutnya Yusuf dengan “PD” menawarkan diri menjadi bendaharawan Negara. Hal ini menggambarkan sosoknya yang faham dalam mengurus keuangan Negara. Dengan kata lain Yusuf adalah seorang yang berkompeten dalam keilmuan perbendaharaan Negara.
Mencoba menarik kisah Nabi Musa dan Nabi Yusuf kedalam realitas kontemporer, dalam konteks ke KAMMI-an. KAMMI sejak kemunculannya dalam pergulatan reformasi, menampakkan diri sebagai sosok “Musa”, yang memberikan perlawanan kepada penguasa tirani pada saat itu. “Kebatilan adalah musuh Abadi KAMMI” kata-kata ini sangat familiar di telinga para kadernya pada saat itu. Aksi turun ke jalan, menyuarakan aspirasi mahasiswa dan rakyat merupakan pemandangan biasa dalam aktivitasnya. Kesamaan gerakan KAMMI dan karakter Nabi Musa pada saat itu adalah Gerakan Perlawanan.

Di Usianya yang ke 15 menjelang 16, KAMMI bertransformasi dari gerakan perlawanan menjadi gerakan kontribusi. Jika di ditarik dalam konteks sejarah, maka KAMMI sekarang harus berjuang seperti Nabi Yusuf AS. Tidak lagi meneriakkan kritikan tanpa solusi, namun memberikan solusi dengan cara yang elegan. Sosok Nabi Yusuf yang berintegritas dan frofesional dalam bidang keilmuan haruslah mengakar dalam diri-diri kader KAMMI.

#soe #narasipemuda

Buletin PAMB 2013

KAMMI MENYAPA


SALAM MUSLIM NEGARAWAN ^_^

KAMMI


apa itu KAMMI?? Yuk kita kaji ^_^

KAMMI adalah singkatan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Nah… dari kepanjangan tersebut, kita bisa ngartiin kalau KAMMI itu tak lain ialah organisasi yang berdiri di sebuah komunitas mahasiswa. Kenapa mahasiswa? Sebab, mahasiswa adalah sebagian masyarakan yang kritis dalam keseharianya dan relative setabil di banding dengan masyarakat yang lainya. Jadi, beruntunglah anda yang saat ini sudah menjadi mahasiswa ^_^. Kok ada kata muslim? Karena, kita sebagai umat muslim percaya bahwa Islam akan membawa kebenaran. Islam adalah agama rahmatan lilalamin dan akan selalu senantiasa melakukan aksi nyata yang akan kita persembahkan untuk kejayaan Islam itu sendiri, dan kata Indonesia itu sendiri diambil karena disinilah tempat dimana KAMMI berdiri untuk pertama kalinya.

KAMMI KOMISARIAT

waduuhh… apa lagi itu??

Nah, kalau yang ini ialah salah satu “cabang” KAMMI yang ada di setiap Universitas di seluruh Indonesia. Gak percaya??? Ni ya.. ada KAMMI Komisariat Universitas Tanjungpura, KAMMI Komisariat STKIP, dan KAMMI Komisariat STAIN. KAMMI Komisariat UGM, Kammi Komisariat Sidoarjo, pokoknya masih banyak deh. KAMMI tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Gak percaya? Tanya aja sama mbah google ^_^

Kenapa harus bergabung dengan KAMMI??

Karenaa…. 1. KAMMI dikenal luas sebagai gerakan mahasiswa yang solid, sholeh, dan santun (Aamiin, InsyaAllah J) serta memiliki massa/anggota yang besar. Terbukti KAMMI tersebar di seluruh Indonesia, yang berpusat di Jakarta dan diketuai oleh Muhammad Ilyas, Lc.

2. Kader-kader KAMMI telah membuktikan raihan prestasi di bidang akademik, entrepreneur, sosial-politik, hingga kebudayaan. Gak percaya?? Contoh ni Hendri Purwanto, mahasiswa fakultas MIPA Untan angkatan 2009. Beliau adalah 1 diantara kader KAMMI yang berprestasi. Beliau pernah mengecap bagaimana rasanya meraih juara 1 sebagai mahasiswa berprestasi MIPA 2012, juara 3 mahasiswa berprestasi Untan 2012, 10 besar finalis Duta lingkungan dan berbagai prestasi lainnya.

3. KAMMI telah berpengalaman mengelola berbagai lembaga kemahasiswaan di seluruh Indonesia. Mau bukti??

siapa Presiden Mahasiswa Universitas Tanjungpura? Kader KAMMI!!

Namanya Abdul Jabbar, beliau merupakan mahasiswa di FMIPA Untan prodi Kimia (2008). Mentri Luar Negeri BEM Untan siapa? Kader KAMMI!! Namanya Yully Endriani, mahasiswa FKIP prodi Pendidikan Matematika (2008). Masih kurang?? Mentri keuangan siapa?? Kader KAMMI!! Namanya Estika Raras, mahasiswa FKIP prodi Pendidikan Biologi (2008). Mau bukti lagi?? Udah la, terlalu banyak untuk ditulis satu-satu.

4. Aktivitas KAMMI dikenal kental dengan nuansa ke-Islaman dan kesantunannya (InsyaAllah). Mau bukti? Ikuti aja agenda KAMMI ^_^

5. KAMMI memiliki sistem dan manajemen kaderisasi yang rapi, integral dan bervisi kebangsaan. Gak yakin?? Coba deh ikut DM1 KAMMI ^_^

Sekarang zamannya anda temen-temen Mahasiswa Baru menjadi bagian dari tradisi perjuangan KAMMI ^_^_^

Created by: Kebijakan Publik KAMMI Komisariat Untan

TRAINING JURNALISTIK

TRAINING JURNALISTIK

Assalamualaykum wr.wb.
Sebuah inovasi "Menulis Untuk Mengubah Peradaban"
Sebuah Visi "Kuasai Media Tuk Islamisasi Bangsa dan Negara"
Sebuah Misi "Stimulasi Pencerdasan Melalui Penguasaan Opini Publik"
Kini KAMMI Eksplarasi Komisariat Untan, Stain, Stkip Hadir kembali
"TRAINING JURNALISTIK"
Yang Ngaku Kader KAMMI WAJIB Hadir
Baik AB1, AB2, AB3
COOMING SOON
CP : Doli Mangis Lubis (089674671621)

Bisakah Menjadi Akhwat Biasa?

Bisakah Menjadi Akhwat Biasa?
Oleh: Dinda Intan Permatasari
Staff KP KAMMI Komsat Untan



Teruntuk saudari-saudariku yang InsyaAllah dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala...

Bismillahirrahmanirrahim...Assalamu'alaykum Warahmatullah Wabarakatuh..

Untukmu pemudi yang menempuh jalan yang haq dan mengemban misi kebenaran...

Terinspirasi dari sebuah catatan seorang kakak nun jauh disana, ketika ana ingin membacanya kembali, ana tak lagi menemukan namanyanya di friends list ana..

dalam catatannya beliau membuat kalimat seperti ini “bisakan anda menjadi orang yang biasa-biasa saja seperti saya yang biasa?”

Pertanyaan itu sebenarnya sering sekali terbesit dalam pikiran ana, “bisakah ana menjadi akhwat yang biasa saja seperti akhwat lainnya yang juga biasa?’

dan kadang ana juga terpikir apakah nanti suami ana akan bertanya, “bisakah kau menjadi istri (akhwat) yang biasa saja seperti aku suamimu (ikhwan) yang juga biasa-biasa saja?” atau mungkin suatu saat akan ada pertanyaan seperti ini, “bisakah kau menjadi mutarobbi yang biasa seperti aku murobbimu yang juga biasa saja?” dan ana harap, pertanyaan itu tidak akan pernah muncul, dan Alhamdulillah sampai sekarang pertanyaan itu belum pernah dilontarkan orang lain pada ana :)

Ana berpikir dan terus berpikir, apa ana bisa seperti itu? ‘menjadi akhwat yang biasa’. Tapi ternyata tidak

Ana tidak bisa menjadi akhwat yang biasa saja dimana hanya mengikuti apa yang ada tanpa mengeluarkan protes, kritik, atau tanggapan jika ada yang mengganjal dipikiran ana. Ana tak bisa menjadi akhwat yang biasa saja seperti mereka yang bisa menjadi orang yang sangat penurut tanpa memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi kedepan. TIDAK, ana tidak ingin menjadi akhwat yang biasa.

Ana ingin menjadi akhwat yang tidak biasa. Ana ingin menjadi akhwat yang terus bergerak agar tidak dirubah oleh keadaan. Ana ingin terus mengeluarkan aspirasi ana selama itu tidak melanggar syari’at. Ana ingin menjadi akhwat yang tidak biasa dan tidak melupakan kodrat, tugas, dan tanggung jawab ana sebagai seorang wanita. Ana ingin menjadi akhwat yang tidak selalu menurut apa kata orang, ana ingin menjadi akhwat yang BISA dan BERANI melawan arus saat akhwat lain bahkan IKHWAN sekalipun TAK BERANI melawan arus. Karena ana tau, kebanyakan ikan yang mati karena mereka mengikuti arus. Karena ana tau, yang dibawa oleh arus ialah sampah-sampah dan sesuatu yang tak lagi berguna dan bermanfaat. Dan ana tak mau menjadi SAMPAH karena terlalu sering mengikuti arus.

Ana siap menjadi MILITAN dan ana ingin menjadi akhwat MILITAN. Apa yang salah dengan akhwat militan? Akhwat militant adalah akhwat yang komitmen dan totalitas dalam mengemban amanahnya. Jika ada yang menghindari akhwat militan, so what?? Artinya mereka menghindari seorang akhwat yang ingin komitmen dan totalitas dalam amanahnya. ITU yang patut dipertanyakan. Kenapa mesti dihindari?? MILITAN itu bernilai positif, bukan hanya ikhwan yang wajib menjadi ikhwan militan, akhwat juga!

Apa akhwat militan itu kasar dan tidak bisa lemah lembut?? Heyy, Open your eyes!!

mereka yang berkoar-koar itu belum tentu bukan akhwat yang baik! Belum tentu tidak bisa jadi calon istri yang baik?!

Mari kita contoh para sahabiyah yang militan dan luar biasa seperti fatimah binti muhammad, asma' binti abu bakr, shafiiyyah binti abu thalib, dan masih banyak lagi. Mereka lemah lembut tapi juga MILITAN,mereka PEMBERANI danTIDAK TAKUT MATI,bahkan ada diantaranya yang ikut berperang angkat pedang. Mereka NGGAK cengeng sehingga lari dari tanggung jawab mereka. Itulah akhwat militan, itulah akhwat yang tidak biasa, akhwat yang LUAR BIASA pada zamannya. Dan ana yakin, di zaman sekarang, kembali... AKAN ada akhwat yang seperti itu,.

masih takut menjadi MILITAN?? it's ok, hidup adalah pilihan ^_^

mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini, kritik dan saran akan ana terima dengan tangan terbuka jika bertujuan untuk membangun agar kita bisa terus berusaha bersama-sama untuk menjadi lebih baik ^^

Semua Ingin Jadi Pahlawan

Semua Ingin Jadi Pahlawan
By : Kominfo KAMMI KALBAR

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawannya. Kalimat bijak di atas sudah sering kita dengar dan bahkan sejak kita masih di bangku sekolah dasar. Meskipun hari ini disadari atau tidak telah terjadi degradasi nilai penghargaan pada perjuangan pahlawan di hampir seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan. Indikator sederhana yang dapat dilihat adalah masih rendahnya semangat membangun, berkontribusi maupun berafiliasi terhadap proyek-proyek pembangunan umat di negeri tercinta Indonesia. Bahkan sekedar mengingat tanggal hari pahlawan atau nama pahlawan pun sebagian besar dari kita sudah tidak ingat. Lebih tragisnya justru ada segelintir maupun segolongan manusia Indonesia yang justru menghianati dan mencederai nilai-nilai perjuangan para pahlawan Indonesia dengan ”berbangga” diri menjadi koruptor dan predator di tengah kesulitan yang kian menghimpit negeri ini.

Menurut kamus populer bahasa Indonesia, pahlawan berarti pejuang bangsa, negara atau agama. Untuk menyematkan lebel pahlawan pada seseorang tentunya harus memiliki atau memenuhi beberapa kriteria yang telah disepakati bersama. Namun demikian kiranya penting kita sedaikit beropini tentang kepahlawanan. Sehingga akan kita dapati beberapa definisi pahlawan dengan cara pandang kita, dan minimal akan membuka cara pandang kita terhadap pahlawan itu sendiri. Dari bahasa kamus tersebut kita dapati kata pejuang di sana. Sebuah kata yang begitu syarat akan makna. Pejuang adalah orang yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan itu sendiri. Sedang nilai perjuangan sangatlah mahal. Banyak yang mesti di korbankan.
Nilai sebuah perjuangan begitu indah hingga mereka begitu mencintainya. Nilai perjuangan itu begitu luhur hingga mereka siap membelanya. Nilai perjuangan itu begitu suci hingga mereka siap menjaga dengan sepenuh hati dan nilai perjuangan itu begitu tinggi hingga mereka berani menjunjungnya. Meski tidak sedikit yang harus dijadikan mahar perjuangan. Bukan lagi waktu dan materi, tetapi jiwa dan raga sepenuhnya di persembahkan demi sebuah nilai yang di junjung tinggi.
Makam pahlawan, monumen juang, sederet foto pahlawan di musium daerah dan lembaran-lembaran naskah hanya bagian yang sangat kecil dan sedikit untuk mendeskripsikan secara luas nilai perjuangan. Bahkan sangat tidak representatif. Tetapi dapat kita rasakan hasil sebuah perjuangan hingga negeri ini menuju gerbang kemerdekaan yang di cita-citakan.
Nilai perjuangan adalah ruh yang mengobarkan semangat juang. Nilai perjuangan adalah jiwa yang mendorong keberanian. Nilai perjuangan adalah keyakinan yang memberangus ketakutan. Nilai perjuangan adalah ketakwaan yang melahirkan pengorbanan dan nilai perjuangan adalah prinsip yang mampu melahirkan perubahan kongkrit dan nyata yang dapat dirasakan oleh segenap penduduk negeri ini.
Meski untuk saat ini bentuk-bentuk keheroikan perjuangan tidak perlu di tampilkan oleh pemimpin masa kini dengan memanggul senjata melawan penjajah seperti pada masa penjajahan. Namun keheroikan pemimimpin hari ini dapat di aktualisasikan dalam bentuk pengorbanannya membela hak-hak dan kepentingan rakyat ataupun bangsa dan negara secara luas. Sehingga kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan secara merata di negeri ini, negara menjadi tertib dan aman, bermartabat dan diperhitungkan oleh negara lain dalam segala aspek.
Menyandang gelar pahlawan bukan hal yang mudah meski realitanya tidak sedikit yang mengaku-ngaku jadi pahlawan dan bahkan sok jadi pahlawan di negeri ini. Memanfaatkan jabatan dengan menghambur-hamburkan uang negara untuk kepentingan ambisi pribadi dan mempertahankan posisi. Membohongi rakyat dengan propaganda wacana dengan memutar balikan fakta untuk mencari simpati dan dukungan rakyat, atau mengelabui rakyat dengan program-program yang berkedok pelayanan publik dengan memark-up anggaran yang menelan miliaran rupiah untuk masuk kantong sendiri dan kroni-kroninya. Ada juga yang jadi pahlawan musiman, membela rakyat kalau lagi musim kampanye tiba, berbaik hati memberikan sembako atau kebutuhan hidup masyarakat agar mendapat simpati dari masyarakat, dan banyak lagi cara dan trik dari oknum pahlawan-pahlawan kesiangan di negeri ini yang bertopeng pejuang.
Kasus dan issu terbaru yang masih hangat dan masyarakat Indonesia setiap saat juga menyaksikan perkembangannya di barbagai media. Polemik lembaa penegak hukum negara POLRI, Kejaksaan Agung dan KPK yang hingga kini juga belum ada kejelasan yang menentramkan hati rakyat Indonesia. Semua ingin jadi pahlawan. Merasa paling benar dengan berbagai rasionalisasinya masing-masing. Lebih tragis lagi ada oknum dewan RI Komisi III yang juga ”sok” jadi pahlawan kesiangan. Padahal rakyat indonesia tidak ”sebodoh” seperti yang ”mereka” pikirkan. Bahkan dalam dialog interaktif lewat telepon pada salah satu TV swasta ada statemen masyarakat yang intinya ” hanya orang gila yang tidak mengerti permasalahan pada tiga lembaga tersebut”. Masyarakat Idonesia sudah cukup cerdas untuk membaca siapa pahlawan sesungguhnya dalam polemik tersebut. Semakin banyak yang diungkapkan sebagai pembelaan, justru semakin membuka lebar ”borok” di tubuh lembaga yang bersangkutan dan bahkan semakin menambah kebencian rakyat yang tak terbendung. Lihat saja bagaimana reaksi dari masyarakat di berbagai pelosok negeri.
Ada istilah yang menarik disampaikan pakar komunikasi Effendi Ghazali, yaitu ”Super Anggodo”. Istilah untuk mendeskripsikan kelicikan Anggodo yang mampu merekyasa skenario ”drama” tingkat nasonal, yang kemudian menyeret beberapa nama bahkan presiden SBY dan membuat lembaga penegak hukum hampir kehilangan ”harga diri” dan ”kewibawaan” di mata rakyat Indonesia. Nama Anggodo menjadi begitu tenar dan mendadak terkenal. Terkenal bukan karena heroiknya membela negara, namun karena tindakanya menjadi pahlawan kesiangan yang memporak-porandakan negara. Meskipun saya meyakini ini masih ”kulit permsalahan” dan belum sampai pada subtasi masalah. Masih ada konspirasi sistematis yang lebih besar di balik sederetan permasalahan yang terungkap di media. Konspirasi yang berusaha mempertahankn ”eksistensi dan posisi”. Ya, mungkin agar tetap dianggap sebagai pahlawan.
Namun setiap kita mesti jadi pahlawan. Pahlawan dalam arti yang lebih luas, yaitu orang yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai perjuangan, sehingga dengan segala yang kita miliki kita dapat berkontribusi dan berafiliasi mempersembahkan yang terbaik untuk negeri yang kita cintai. Kita dapat tetap berkarya dalam segala hal sesuai dengan bidang, peran, kapabilitas dan kompetensi kita masing-masing sebagai warga negara. Gelar pahlawan tidak begitu penting bagi kita dan mungkin harapan yang sama dari para pejuang nasional yang telah mendahului kita. Karena yang lebih penting adalah perjuangan untuk memberikan solusi perubahan yang nyata atas sagala permasalahan bangsa, bukan sekedar pengkultusan para pahlawan tapi kering dalam melanjutkan perjuangan.

Indikasi Normalisasi Gaya Baru


Indikasi Normalisasi Gaya Baru
By: Kebijakan Publik KAMMI Komisariat Untan



Berangkat dari sebuah perenungan, memikirkan situasi dan kondisi yang terjadi di sekeliling…
Mahasiswa adalah kelompok kecil yang kreatif. Mereka mampu mengarahkan perubahan social politik sesuai dengan keinginan rakyat. Mahasiswa adalah sosok yang mampu membongkar semua siasat besar hegemoni yang terus dilancarkan oleh kelompok berkuasa (Sudarsono, 2010:12-130. Gak percaya? Dulu, sekitar tahun 1970-an Soeharto mulai menuai kritikan dari para mahasiswa. Kenapa? Karena mahasiswa menyadari adanya indikasi KKN dalam masa pemerintahan Orde Baru. Ini salah satu bukti kalau mahasiswa itu kritis, wajar jika mahasiswa sering dikatakan sebagai “motor” penggerak masyarakat.
Sejak saat itu, Dewan Mahasiswa menolak pencalonan Soeharto pasca pemilu tahun 1977.
berangkat dari hal itu “orang atas” merasa kampus tidak aman, sehingga mereka membuat kebijakan untuk Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).
Apa itu NKK?? NKK itu mengubah format organisasi mahasiswa di kampus dengan melarang mahasiswa terjun dalam politik praktis. Jadi, tidak ada yang namanya BEM Fakultas, BEM Universitas, DPM, dll
Hal ini mulai diterapkan pada tahun 1978. Semua organisasi mahasiswa “diputihkan”, organisasi mahasiswa dipecah sesuai dengan disiplin ilmu mereka masing-masing. Misalnya, Himpunan Mahasiswa Ekonomi, Himpunan Mahasiswa Sastra, dll. Organisasi yang sifatnya eksternalpun tetap dalam koridor yang berpusat pada akademis mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Ekonomi Indonesia, dan sebagainya. Hal ini tentu sangat merugikan mahasiswa. Sebab, mahasiswa di press dan dicetak menjadi insane akademis yang hanya berkutat dengan pelajaran dan berlomba menyelesaikan kuliah.
Helloo…. Gak bisssaa iniii….
Tapi tenaangg, NKK udah HABIS masa berlakunya semenjak terbitnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembagan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Trus, “Normalisasi” gaya baru ini maksudnya apa??
Begini, berdasarkan hasil pengamatan, sepertinya ada indikasi NKK gaya baru yang dilakukan oleh “orang atas”. Mengapa demikian? Ini terbukti terjadi di beberapa fakultas. Pertama, agenda-agenda kemahasiswaan sudah sering di campuri oleh “orang atas”, padahal kita punya tujuan khusus yang sudah kita rencanakan demi kebaikan kita bersama. Kedua, organisasi mahasiswa sulit sekali menggunakan ruangan di fakultas, ada saja alasan yang dilontarkan oleh “orang atas”, mungkin di izinkan tapi setelah kita di ajak “bermain” bola, di oper kesana-kemari dan kadang malah dipersulit dengan kata “tapi”. Ketiga, ini yang paling hangat, pengkaderan maba yang notabene dilakukan untuk mempercepat adaptasi maba dari SMA ke PT ternyata juga DILARANG untuk dilakukan di beberapa fakultas. Saat mahasiswa menjerit mengeluarkan aspirasinya karena merasa diperlakukan dengan tidak adil, “orang atas” itu malah mengancam. Ada apa? Apa yang mereka takutkan? Mengapa mereka mengancam? Adakah yang mereka sembunyikan? Apa mereka takut hegemoni mereka terbongkar oleh mahasiswa? Perhatikan! Agenda-agenda mahasiswa kini semakin di press, agenda akademis dipadatkan, lembaga mahasiswa tak luput dari introgasi “mereka”, seperti ada ketakutan tersendiri terhadap lembaga mahasiswa dimana mahasiswa yang di dalamnya ialah mahasiswa yang kritis dan dinamis. Inilah yang dimaksud dengan indikasi “Normalisasi” yang abnormal, indikasi akan adanya “pemutihan” organisasi kemahasiswaan dikampus. Mahasiswa DILARANG mencampuri urusan “orang atas” tapi “mereka” selalu mencampuri dan bahkan mempersulit agenda mahasiswa tanpa mau tau tujuan, dan latar belakang agenda mahasiswa yang sifatnya non-akademis, adilkah??



Tinggalkan Indonesia, Belanda Taruh Orang-Orangnya


Belanda yang memang tidak pernah suka Islam, dengan politik pendidikannya saat itu senantiasa memanggil anak-anak muda Indonesia yang cerdas ke sana. Dididiknya di sana dan dikembalikan ke Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan politik yang penting. Atau mereka mendidik tokoh-tokoh bangsa di sini, untuk dijadikan ‘pion’ pemikiran-pemikiran me
reka. Soekarno Hatta WR Soepratman dll terjebak dalam politik pendidikan Belanda ini.


Soekarno telah diincar oleh intelektual Belanda sejak umur belasan tahun ketika belajar di Surabaya. Sayang Soekarno akhirnya lebih memilih bacaan-bacaan komunis yang disediakan Belanda daripada buku-buku Islam yang dikirim oleh ulama besar yang mendidik Mohammad Natsir, Ahmad Hasan,


Soekarno memang termasuk jenius dalam politik. Tapi ia salah menempatkan kejeniusannya. Bacaan-bacaan Karl Marx, Hegel, Sejarah Turki (Attaturk) dan bacaan-bacaan lain yang terus menerus disodorkan intelektual-intelektual Belanda menjadi santapannya. Hingga pemikiran Marxisme akhirnya menjadi landasan berfikirnya. Dan itulah yang menjadikan dia tidak setuju dengan penerapan syariat Islam di Indonesia. Maka tidak heran bila pagi-pagi buta itu ia mengajak Hatta untuk menemui perwira Jepang, Laksamana Mayda.


Ingat jauh sebelum merdeka, Soekarno telah berdebat dengan Natsir dan gurunya A Hasan tentang konsep negara. Soekarno menulis dengan terang-terangan bahwa ia bangga dan kagum dengan Attaturk dan negara sekuler. Sedangkan Natsir dan A Hasan teguh pendirian menyatakan bahwa negara bila tidak diatur oleh Islam dan pemimpin-pemimpin yang sepenuhnya berpegang teguh pada Islam, maka negara itu akan rusak (sebagaimana kita saksikan pada negara kita yang sudah 66 tahun merdeka).


Maka begitu ada kesempatan untuk menjadi merdeka Soekarno bersekongkol dengan Jepang (mungkin juga intelijen Belanda ikut bermain. Wallaahu a’lam) untuk menghapus Piagam Jakarta. Sejarah ini pahit, tapi begitulah kenyataannya dan tentu keluarga Soekarno harus menerima ini dengan terbuka, karena sejarah tidak boleh ditutup-tutupi. Apalagi ini menyangkut sejarah bangsa yang sangat penting. Ingat kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan mayoritas ulama-ulama Islam dan santrinya. Dan hanya dengan teriakan Allahu Akbar Indonesia bisa menang melawan Belanda, Jepang atau tentara sekutu. Bukan dengan teriakan Pancasila. Bukankah Soekarno sendiri menyatakan : Jas Merah. jangan Sekali-kali Tinggalkan Sejarah?


Maka perlu diungkap dengan gemblang apa yang dilakukan kelompok sekuler di negeri ini ketika tiga hari menjelang kemerdekaan menculik Soekarno Hatta. Dalam strategi politik tentu itu dibaca untuk melambungkan dua tokoh itu agar nanti ketika memproklamirkan kemerdekaan diterima bangsa ini. Sebagaimana Kemal Attaturk yang direkayasa Inggris cs menang perang melawan ‘penjajah’ di Turki hingga kemudian melambung namanya pada rakyat Turki.


Belanda, Jepang, tentara-tentara Sekutu (Inggris, AS cs) memang tidak mau negara Indonesia tercinta ini dipimpin oleh tokoh-tokoh Islam yang dididik oleh para ulama. Mereka maunya yang tampil memimpin negeri ini adalah tokoh-tokoh sekuler hasil didikan mereka. Karena dengan mereka diidik, mereka menjadi tahu karakter dan kepribadian tokoh itu sehingga kemudian mereka dengan mudah menyetirnya. Baik secara langsung maupun tidak langsuing.


Penjajah-penjajah kafir dalam sejarah imperialismenya tidak pernah puas sebelum menguras kekayaan alam di negara itu atau menempatkan orang-orangnya untuk dijadikan boneka pionnya. Bila boneka ini mencoba-coba melawannya, maka dengan cepat akan digulingkannya. Dan itulah yang terjadi pada Soeharto, presiden setelah Soekarno. Wallaahu a’lam bish shawab.

Pahlawan Itu

Pahlawan Itu
By: Muhammad Thaufani

Ex. Ketua LDF FKMI Iqtishad Fakultas Ekonomi Untan Periode 2011-2012
Menteri Kastrat BEM Untan Periode 2012-2013

Menurut Anis Matta,pahlawan itu tidak hanya dikagumi tapi pahlawan harus diteladani


Menarik ketika sewaktu masa kecil yang selalu terbayang di benak ingatan kita bahwa pahlawan itu mereka yang punya kekuatan atau mungkin super power dan yang sejernisnya. Ada yang bisa terbang,bergelantung dan masih banyak lagi.

Tapi sekali lagi bahwa itu dulu,di masa kecil sebagian dari saya dan mungkin anda.


Di usia kita sekarang ini,sepertinya kita kembali harus melakukan proses konstruksi, rekontruksi, dan dekonstruksi nilai-nilai pahlawan tersebut dalam kehidupan masyarakat.



Bisa jadi itulah sebabnya kenapa proses metamorfosa bangsa ini sangat stagnan dan tidak terjadi perubahan yang terlalu signifikan karena proses kekaguman selalu yang dikedepankan tanpa dibarengi keteladanan.

Nasionalime IM sejalan dengan apa yang diperjuangkan oleh para pejuang surabaya,, dimana di dalam definisi imam hasan al banna tentang nasionalisme adalah semangat perjuangan itu tidak terbatas oleh sekat maupun ruang dan waktu yang apabila terdapat seorang muslim berpijak maka itulah daerah perjuangan kita.

di dalam semangat para pejuang surabaya terdapat beberapa hal yang bisa kita peroleh di antaranya menghilangkan penjajahan di negeri surabaya dalam rangka penyerangan tentara inggris dan etika perjuangan yang digelorakan sangat khas dengan perjuangan para sahabat rasul dalam berperang,

oleh karena itu definisi itu tergantung kondisi realita dan konsep ideal yang harus bersinergis dalam kebutuhan masyarakat.