KAMMI MENYAPA


SALAM MUSLIM NEGARAWAN ^_^

KAMMI


apa itu KAMMI?? Yuk kita kaji ^_^

KAMMI adalah singkatan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Nah… dari kepanjangan tersebut, kita bisa ngartiin kalau KAMMI itu tak lain ialah organisasi yang berdiri di sebuah komunitas mahasiswa. Kenapa mahasiswa? Sebab, mahasiswa adalah sebagian masyarakan yang kritis dalam keseharianya dan relative setabil di banding dengan masyarakat yang lainya. Jadi, beruntunglah anda yang saat ini sudah menjadi mahasiswa ^_^. Kok ada kata muslim? Karena, kita sebagai umat muslim percaya bahwa Islam akan membawa kebenaran. Islam adalah agama rahmatan lilalamin dan akan selalu senantiasa melakukan aksi nyata yang akan kita persembahkan untuk kejayaan Islam itu sendiri, dan kata Indonesia itu sendiri diambil karena disinilah tempat dimana KAMMI berdiri untuk pertama kalinya.

KAMMI KOMISARIAT

waduuhh… apa lagi itu??

Nah, kalau yang ini ialah salah satu “cabang” KAMMI yang ada di setiap Universitas di seluruh Indonesia. Gak percaya??? Ni ya.. ada KAMMI Komisariat Universitas Tanjungpura, KAMMI Komisariat STKIP, dan KAMMI Komisariat STAIN. KAMMI Komisariat UGM, Kammi Komisariat Sidoarjo, pokoknya masih banyak deh. KAMMI tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Gak percaya? Tanya aja sama mbah google ^_^

Kenapa harus bergabung dengan KAMMI??

Karenaa…. 1. KAMMI dikenal luas sebagai gerakan mahasiswa yang solid, sholeh, dan santun (Aamiin, InsyaAllah J) serta memiliki massa/anggota yang besar. Terbukti KAMMI tersebar di seluruh Indonesia, yang berpusat di Jakarta dan diketuai oleh Muhammad Ilyas, Lc.

2. Kader-kader KAMMI telah membuktikan raihan prestasi di bidang akademik, entrepreneur, sosial-politik, hingga kebudayaan. Gak percaya?? Contoh ni Hendri Purwanto, mahasiswa fakultas MIPA Untan angkatan 2009. Beliau adalah 1 diantara kader KAMMI yang berprestasi. Beliau pernah mengecap bagaimana rasanya meraih juara 1 sebagai mahasiswa berprestasi MIPA 2012, juara 3 mahasiswa berprestasi Untan 2012, 10 besar finalis Duta lingkungan dan berbagai prestasi lainnya.

3. KAMMI telah berpengalaman mengelola berbagai lembaga kemahasiswaan di seluruh Indonesia. Mau bukti??

siapa Presiden Mahasiswa Universitas Tanjungpura? Kader KAMMI!!

Namanya Abdul Jabbar, beliau merupakan mahasiswa di FMIPA Untan prodi Kimia (2008). Mentri Luar Negeri BEM Untan siapa? Kader KAMMI!! Namanya Yully Endriani, mahasiswa FKIP prodi Pendidikan Matematika (2008). Masih kurang?? Mentri keuangan siapa?? Kader KAMMI!! Namanya Estika Raras, mahasiswa FKIP prodi Pendidikan Biologi (2008). Mau bukti lagi?? Udah la, terlalu banyak untuk ditulis satu-satu.

4. Aktivitas KAMMI dikenal kental dengan nuansa ke-Islaman dan kesantunannya (InsyaAllah). Mau bukti? Ikuti aja agenda KAMMI ^_^

5. KAMMI memiliki sistem dan manajemen kaderisasi yang rapi, integral dan bervisi kebangsaan. Gak yakin?? Coba deh ikut DM1 KAMMI ^_^

Sekarang zamannya anda temen-temen Mahasiswa Baru menjadi bagian dari tradisi perjuangan KAMMI ^_^_^

Created by: Kebijakan Publik KAMMI Komisariat Untan

TRAINING JURNALISTIK

TRAINING JURNALISTIK

Assalamualaykum wr.wb.
Sebuah inovasi "Menulis Untuk Mengubah Peradaban"
Sebuah Visi "Kuasai Media Tuk Islamisasi Bangsa dan Negara"
Sebuah Misi "Stimulasi Pencerdasan Melalui Penguasaan Opini Publik"
Kini KAMMI Eksplarasi Komisariat Untan, Stain, Stkip Hadir kembali
"TRAINING JURNALISTIK"
Yang Ngaku Kader KAMMI WAJIB Hadir
Baik AB1, AB2, AB3
COOMING SOON
CP : Doli Mangis Lubis (089674671621)

Bisakah Menjadi Akhwat Biasa?

Bisakah Menjadi Akhwat Biasa?
Oleh: Dinda Intan Permatasari
Staff KP KAMMI Komsat Untan



Teruntuk saudari-saudariku yang InsyaAllah dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala...

Bismillahirrahmanirrahim...Assalamu'alaykum Warahmatullah Wabarakatuh..

Untukmu pemudi yang menempuh jalan yang haq dan mengemban misi kebenaran...

Terinspirasi dari sebuah catatan seorang kakak nun jauh disana, ketika ana ingin membacanya kembali, ana tak lagi menemukan namanyanya di friends list ana..

dalam catatannya beliau membuat kalimat seperti ini “bisakan anda menjadi orang yang biasa-biasa saja seperti saya yang biasa?”

Pertanyaan itu sebenarnya sering sekali terbesit dalam pikiran ana, “bisakah ana menjadi akhwat yang biasa saja seperti akhwat lainnya yang juga biasa?’

dan kadang ana juga terpikir apakah nanti suami ana akan bertanya, “bisakah kau menjadi istri (akhwat) yang biasa saja seperti aku suamimu (ikhwan) yang juga biasa-biasa saja?” atau mungkin suatu saat akan ada pertanyaan seperti ini, “bisakah kau menjadi mutarobbi yang biasa seperti aku murobbimu yang juga biasa saja?” dan ana harap, pertanyaan itu tidak akan pernah muncul, dan Alhamdulillah sampai sekarang pertanyaan itu belum pernah dilontarkan orang lain pada ana :)

Ana berpikir dan terus berpikir, apa ana bisa seperti itu? ‘menjadi akhwat yang biasa’. Tapi ternyata tidak

Ana tidak bisa menjadi akhwat yang biasa saja dimana hanya mengikuti apa yang ada tanpa mengeluarkan protes, kritik, atau tanggapan jika ada yang mengganjal dipikiran ana. Ana tak bisa menjadi akhwat yang biasa saja seperti mereka yang bisa menjadi orang yang sangat penurut tanpa memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi kedepan. TIDAK, ana tidak ingin menjadi akhwat yang biasa.

Ana ingin menjadi akhwat yang tidak biasa. Ana ingin menjadi akhwat yang terus bergerak agar tidak dirubah oleh keadaan. Ana ingin terus mengeluarkan aspirasi ana selama itu tidak melanggar syari’at. Ana ingin menjadi akhwat yang tidak biasa dan tidak melupakan kodrat, tugas, dan tanggung jawab ana sebagai seorang wanita. Ana ingin menjadi akhwat yang tidak selalu menurut apa kata orang, ana ingin menjadi akhwat yang BISA dan BERANI melawan arus saat akhwat lain bahkan IKHWAN sekalipun TAK BERANI melawan arus. Karena ana tau, kebanyakan ikan yang mati karena mereka mengikuti arus. Karena ana tau, yang dibawa oleh arus ialah sampah-sampah dan sesuatu yang tak lagi berguna dan bermanfaat. Dan ana tak mau menjadi SAMPAH karena terlalu sering mengikuti arus.

Ana siap menjadi MILITAN dan ana ingin menjadi akhwat MILITAN. Apa yang salah dengan akhwat militan? Akhwat militant adalah akhwat yang komitmen dan totalitas dalam mengemban amanahnya. Jika ada yang menghindari akhwat militan, so what?? Artinya mereka menghindari seorang akhwat yang ingin komitmen dan totalitas dalam amanahnya. ITU yang patut dipertanyakan. Kenapa mesti dihindari?? MILITAN itu bernilai positif, bukan hanya ikhwan yang wajib menjadi ikhwan militan, akhwat juga!

Apa akhwat militan itu kasar dan tidak bisa lemah lembut?? Heyy, Open your eyes!!

mereka yang berkoar-koar itu belum tentu bukan akhwat yang baik! Belum tentu tidak bisa jadi calon istri yang baik?!

Mari kita contoh para sahabiyah yang militan dan luar biasa seperti fatimah binti muhammad, asma' binti abu bakr, shafiiyyah binti abu thalib, dan masih banyak lagi. Mereka lemah lembut tapi juga MILITAN,mereka PEMBERANI danTIDAK TAKUT MATI,bahkan ada diantaranya yang ikut berperang angkat pedang. Mereka NGGAK cengeng sehingga lari dari tanggung jawab mereka. Itulah akhwat militan, itulah akhwat yang tidak biasa, akhwat yang LUAR BIASA pada zamannya. Dan ana yakin, di zaman sekarang, kembali... AKAN ada akhwat yang seperti itu,.

masih takut menjadi MILITAN?? it's ok, hidup adalah pilihan ^_^

mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini, kritik dan saran akan ana terima dengan tangan terbuka jika bertujuan untuk membangun agar kita bisa terus berusaha bersama-sama untuk menjadi lebih baik ^^

Semua Ingin Jadi Pahlawan

Semua Ingin Jadi Pahlawan
By : Kominfo KAMMI KALBAR

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawannya. Kalimat bijak di atas sudah sering kita dengar dan bahkan sejak kita masih di bangku sekolah dasar. Meskipun hari ini disadari atau tidak telah terjadi degradasi nilai penghargaan pada perjuangan pahlawan di hampir seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan. Indikator sederhana yang dapat dilihat adalah masih rendahnya semangat membangun, berkontribusi maupun berafiliasi terhadap proyek-proyek pembangunan umat di negeri tercinta Indonesia. Bahkan sekedar mengingat tanggal hari pahlawan atau nama pahlawan pun sebagian besar dari kita sudah tidak ingat. Lebih tragisnya justru ada segelintir maupun segolongan manusia Indonesia yang justru menghianati dan mencederai nilai-nilai perjuangan para pahlawan Indonesia dengan ”berbangga” diri menjadi koruptor dan predator di tengah kesulitan yang kian menghimpit negeri ini.

Menurut kamus populer bahasa Indonesia, pahlawan berarti pejuang bangsa, negara atau agama. Untuk menyematkan lebel pahlawan pada seseorang tentunya harus memiliki atau memenuhi beberapa kriteria yang telah disepakati bersama. Namun demikian kiranya penting kita sedaikit beropini tentang kepahlawanan. Sehingga akan kita dapati beberapa definisi pahlawan dengan cara pandang kita, dan minimal akan membuka cara pandang kita terhadap pahlawan itu sendiri. Dari bahasa kamus tersebut kita dapati kata pejuang di sana. Sebuah kata yang begitu syarat akan makna. Pejuang adalah orang yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan itu sendiri. Sedang nilai perjuangan sangatlah mahal. Banyak yang mesti di korbankan.
Nilai sebuah perjuangan begitu indah hingga mereka begitu mencintainya. Nilai perjuangan itu begitu luhur hingga mereka siap membelanya. Nilai perjuangan itu begitu suci hingga mereka siap menjaga dengan sepenuh hati dan nilai perjuangan itu begitu tinggi hingga mereka berani menjunjungnya. Meski tidak sedikit yang harus dijadikan mahar perjuangan. Bukan lagi waktu dan materi, tetapi jiwa dan raga sepenuhnya di persembahkan demi sebuah nilai yang di junjung tinggi.
Makam pahlawan, monumen juang, sederet foto pahlawan di musium daerah dan lembaran-lembaran naskah hanya bagian yang sangat kecil dan sedikit untuk mendeskripsikan secara luas nilai perjuangan. Bahkan sangat tidak representatif. Tetapi dapat kita rasakan hasil sebuah perjuangan hingga negeri ini menuju gerbang kemerdekaan yang di cita-citakan.
Nilai perjuangan adalah ruh yang mengobarkan semangat juang. Nilai perjuangan adalah jiwa yang mendorong keberanian. Nilai perjuangan adalah keyakinan yang memberangus ketakutan. Nilai perjuangan adalah ketakwaan yang melahirkan pengorbanan dan nilai perjuangan adalah prinsip yang mampu melahirkan perubahan kongkrit dan nyata yang dapat dirasakan oleh segenap penduduk negeri ini.
Meski untuk saat ini bentuk-bentuk keheroikan perjuangan tidak perlu di tampilkan oleh pemimpin masa kini dengan memanggul senjata melawan penjajah seperti pada masa penjajahan. Namun keheroikan pemimimpin hari ini dapat di aktualisasikan dalam bentuk pengorbanannya membela hak-hak dan kepentingan rakyat ataupun bangsa dan negara secara luas. Sehingga kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan secara merata di negeri ini, negara menjadi tertib dan aman, bermartabat dan diperhitungkan oleh negara lain dalam segala aspek.
Menyandang gelar pahlawan bukan hal yang mudah meski realitanya tidak sedikit yang mengaku-ngaku jadi pahlawan dan bahkan sok jadi pahlawan di negeri ini. Memanfaatkan jabatan dengan menghambur-hamburkan uang negara untuk kepentingan ambisi pribadi dan mempertahankan posisi. Membohongi rakyat dengan propaganda wacana dengan memutar balikan fakta untuk mencari simpati dan dukungan rakyat, atau mengelabui rakyat dengan program-program yang berkedok pelayanan publik dengan memark-up anggaran yang menelan miliaran rupiah untuk masuk kantong sendiri dan kroni-kroninya. Ada juga yang jadi pahlawan musiman, membela rakyat kalau lagi musim kampanye tiba, berbaik hati memberikan sembako atau kebutuhan hidup masyarakat agar mendapat simpati dari masyarakat, dan banyak lagi cara dan trik dari oknum pahlawan-pahlawan kesiangan di negeri ini yang bertopeng pejuang.
Kasus dan issu terbaru yang masih hangat dan masyarakat Indonesia setiap saat juga menyaksikan perkembangannya di barbagai media. Polemik lembaa penegak hukum negara POLRI, Kejaksaan Agung dan KPK yang hingga kini juga belum ada kejelasan yang menentramkan hati rakyat Indonesia. Semua ingin jadi pahlawan. Merasa paling benar dengan berbagai rasionalisasinya masing-masing. Lebih tragis lagi ada oknum dewan RI Komisi III yang juga ”sok” jadi pahlawan kesiangan. Padahal rakyat indonesia tidak ”sebodoh” seperti yang ”mereka” pikirkan. Bahkan dalam dialog interaktif lewat telepon pada salah satu TV swasta ada statemen masyarakat yang intinya ” hanya orang gila yang tidak mengerti permasalahan pada tiga lembaga tersebut”. Masyarakat Idonesia sudah cukup cerdas untuk membaca siapa pahlawan sesungguhnya dalam polemik tersebut. Semakin banyak yang diungkapkan sebagai pembelaan, justru semakin membuka lebar ”borok” di tubuh lembaga yang bersangkutan dan bahkan semakin menambah kebencian rakyat yang tak terbendung. Lihat saja bagaimana reaksi dari masyarakat di berbagai pelosok negeri.
Ada istilah yang menarik disampaikan pakar komunikasi Effendi Ghazali, yaitu ”Super Anggodo”. Istilah untuk mendeskripsikan kelicikan Anggodo yang mampu merekyasa skenario ”drama” tingkat nasonal, yang kemudian menyeret beberapa nama bahkan presiden SBY dan membuat lembaga penegak hukum hampir kehilangan ”harga diri” dan ”kewibawaan” di mata rakyat Indonesia. Nama Anggodo menjadi begitu tenar dan mendadak terkenal. Terkenal bukan karena heroiknya membela negara, namun karena tindakanya menjadi pahlawan kesiangan yang memporak-porandakan negara. Meskipun saya meyakini ini masih ”kulit permsalahan” dan belum sampai pada subtasi masalah. Masih ada konspirasi sistematis yang lebih besar di balik sederetan permasalahan yang terungkap di media. Konspirasi yang berusaha mempertahankn ”eksistensi dan posisi”. Ya, mungkin agar tetap dianggap sebagai pahlawan.
Namun setiap kita mesti jadi pahlawan. Pahlawan dalam arti yang lebih luas, yaitu orang yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai perjuangan, sehingga dengan segala yang kita miliki kita dapat berkontribusi dan berafiliasi mempersembahkan yang terbaik untuk negeri yang kita cintai. Kita dapat tetap berkarya dalam segala hal sesuai dengan bidang, peran, kapabilitas dan kompetensi kita masing-masing sebagai warga negara. Gelar pahlawan tidak begitu penting bagi kita dan mungkin harapan yang sama dari para pejuang nasional yang telah mendahului kita. Karena yang lebih penting adalah perjuangan untuk memberikan solusi perubahan yang nyata atas sagala permasalahan bangsa, bukan sekedar pengkultusan para pahlawan tapi kering dalam melanjutkan perjuangan.

Indikasi Normalisasi Gaya Baru


Indikasi Normalisasi Gaya Baru
By: Kebijakan Publik KAMMI Komisariat Untan



Berangkat dari sebuah perenungan, memikirkan situasi dan kondisi yang terjadi di sekeliling…
Mahasiswa adalah kelompok kecil yang kreatif. Mereka mampu mengarahkan perubahan social politik sesuai dengan keinginan rakyat. Mahasiswa adalah sosok yang mampu membongkar semua siasat besar hegemoni yang terus dilancarkan oleh kelompok berkuasa (Sudarsono, 2010:12-130. Gak percaya? Dulu, sekitar tahun 1970-an Soeharto mulai menuai kritikan dari para mahasiswa. Kenapa? Karena mahasiswa menyadari adanya indikasi KKN dalam masa pemerintahan Orde Baru. Ini salah satu bukti kalau mahasiswa itu kritis, wajar jika mahasiswa sering dikatakan sebagai “motor” penggerak masyarakat.
Sejak saat itu, Dewan Mahasiswa menolak pencalonan Soeharto pasca pemilu tahun 1977.
berangkat dari hal itu “orang atas” merasa kampus tidak aman, sehingga mereka membuat kebijakan untuk Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).
Apa itu NKK?? NKK itu mengubah format organisasi mahasiswa di kampus dengan melarang mahasiswa terjun dalam politik praktis. Jadi, tidak ada yang namanya BEM Fakultas, BEM Universitas, DPM, dll
Hal ini mulai diterapkan pada tahun 1978. Semua organisasi mahasiswa “diputihkan”, organisasi mahasiswa dipecah sesuai dengan disiplin ilmu mereka masing-masing. Misalnya, Himpunan Mahasiswa Ekonomi, Himpunan Mahasiswa Sastra, dll. Organisasi yang sifatnya eksternalpun tetap dalam koridor yang berpusat pada akademis mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Ekonomi Indonesia, dan sebagainya. Hal ini tentu sangat merugikan mahasiswa. Sebab, mahasiswa di press dan dicetak menjadi insane akademis yang hanya berkutat dengan pelajaran dan berlomba menyelesaikan kuliah.
Helloo…. Gak bisssaa iniii….
Tapi tenaangg, NKK udah HABIS masa berlakunya semenjak terbitnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembagan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Trus, “Normalisasi” gaya baru ini maksudnya apa??
Begini, berdasarkan hasil pengamatan, sepertinya ada indikasi NKK gaya baru yang dilakukan oleh “orang atas”. Mengapa demikian? Ini terbukti terjadi di beberapa fakultas. Pertama, agenda-agenda kemahasiswaan sudah sering di campuri oleh “orang atas”, padahal kita punya tujuan khusus yang sudah kita rencanakan demi kebaikan kita bersama. Kedua, organisasi mahasiswa sulit sekali menggunakan ruangan di fakultas, ada saja alasan yang dilontarkan oleh “orang atas”, mungkin di izinkan tapi setelah kita di ajak “bermain” bola, di oper kesana-kemari dan kadang malah dipersulit dengan kata “tapi”. Ketiga, ini yang paling hangat, pengkaderan maba yang notabene dilakukan untuk mempercepat adaptasi maba dari SMA ke PT ternyata juga DILARANG untuk dilakukan di beberapa fakultas. Saat mahasiswa menjerit mengeluarkan aspirasinya karena merasa diperlakukan dengan tidak adil, “orang atas” itu malah mengancam. Ada apa? Apa yang mereka takutkan? Mengapa mereka mengancam? Adakah yang mereka sembunyikan? Apa mereka takut hegemoni mereka terbongkar oleh mahasiswa? Perhatikan! Agenda-agenda mahasiswa kini semakin di press, agenda akademis dipadatkan, lembaga mahasiswa tak luput dari introgasi “mereka”, seperti ada ketakutan tersendiri terhadap lembaga mahasiswa dimana mahasiswa yang di dalamnya ialah mahasiswa yang kritis dan dinamis. Inilah yang dimaksud dengan indikasi “Normalisasi” yang abnormal, indikasi akan adanya “pemutihan” organisasi kemahasiswaan dikampus. Mahasiswa DILARANG mencampuri urusan “orang atas” tapi “mereka” selalu mencampuri dan bahkan mempersulit agenda mahasiswa tanpa mau tau tujuan, dan latar belakang agenda mahasiswa yang sifatnya non-akademis, adilkah??



Tinggalkan Indonesia, Belanda Taruh Orang-Orangnya


Belanda yang memang tidak pernah suka Islam, dengan politik pendidikannya saat itu senantiasa memanggil anak-anak muda Indonesia yang cerdas ke sana. Dididiknya di sana dan dikembalikan ke Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan politik yang penting. Atau mereka mendidik tokoh-tokoh bangsa di sini, untuk dijadikan ‘pion’ pemikiran-pemikiran me
reka. Soekarno Hatta WR Soepratman dll terjebak dalam politik pendidikan Belanda ini.


Soekarno telah diincar oleh intelektual Belanda sejak umur belasan tahun ketika belajar di Surabaya. Sayang Soekarno akhirnya lebih memilih bacaan-bacaan komunis yang disediakan Belanda daripada buku-buku Islam yang dikirim oleh ulama besar yang mendidik Mohammad Natsir, Ahmad Hasan,


Soekarno memang termasuk jenius dalam politik. Tapi ia salah menempatkan kejeniusannya. Bacaan-bacaan Karl Marx, Hegel, Sejarah Turki (Attaturk) dan bacaan-bacaan lain yang terus menerus disodorkan intelektual-intelektual Belanda menjadi santapannya. Hingga pemikiran Marxisme akhirnya menjadi landasan berfikirnya. Dan itulah yang menjadikan dia tidak setuju dengan penerapan syariat Islam di Indonesia. Maka tidak heran bila pagi-pagi buta itu ia mengajak Hatta untuk menemui perwira Jepang, Laksamana Mayda.


Ingat jauh sebelum merdeka, Soekarno telah berdebat dengan Natsir dan gurunya A Hasan tentang konsep negara. Soekarno menulis dengan terang-terangan bahwa ia bangga dan kagum dengan Attaturk dan negara sekuler. Sedangkan Natsir dan A Hasan teguh pendirian menyatakan bahwa negara bila tidak diatur oleh Islam dan pemimpin-pemimpin yang sepenuhnya berpegang teguh pada Islam, maka negara itu akan rusak (sebagaimana kita saksikan pada negara kita yang sudah 66 tahun merdeka).


Maka begitu ada kesempatan untuk menjadi merdeka Soekarno bersekongkol dengan Jepang (mungkin juga intelijen Belanda ikut bermain. Wallaahu a’lam) untuk menghapus Piagam Jakarta. Sejarah ini pahit, tapi begitulah kenyataannya dan tentu keluarga Soekarno harus menerima ini dengan terbuka, karena sejarah tidak boleh ditutup-tutupi. Apalagi ini menyangkut sejarah bangsa yang sangat penting. Ingat kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan mayoritas ulama-ulama Islam dan santrinya. Dan hanya dengan teriakan Allahu Akbar Indonesia bisa menang melawan Belanda, Jepang atau tentara sekutu. Bukan dengan teriakan Pancasila. Bukankah Soekarno sendiri menyatakan : Jas Merah. jangan Sekali-kali Tinggalkan Sejarah?


Maka perlu diungkap dengan gemblang apa yang dilakukan kelompok sekuler di negeri ini ketika tiga hari menjelang kemerdekaan menculik Soekarno Hatta. Dalam strategi politik tentu itu dibaca untuk melambungkan dua tokoh itu agar nanti ketika memproklamirkan kemerdekaan diterima bangsa ini. Sebagaimana Kemal Attaturk yang direkayasa Inggris cs menang perang melawan ‘penjajah’ di Turki hingga kemudian melambung namanya pada rakyat Turki.


Belanda, Jepang, tentara-tentara Sekutu (Inggris, AS cs) memang tidak mau negara Indonesia tercinta ini dipimpin oleh tokoh-tokoh Islam yang dididik oleh para ulama. Mereka maunya yang tampil memimpin negeri ini adalah tokoh-tokoh sekuler hasil didikan mereka. Karena dengan mereka diidik, mereka menjadi tahu karakter dan kepribadian tokoh itu sehingga kemudian mereka dengan mudah menyetirnya. Baik secara langsung maupun tidak langsuing.


Penjajah-penjajah kafir dalam sejarah imperialismenya tidak pernah puas sebelum menguras kekayaan alam di negara itu atau menempatkan orang-orangnya untuk dijadikan boneka pionnya. Bila boneka ini mencoba-coba melawannya, maka dengan cepat akan digulingkannya. Dan itulah yang terjadi pada Soeharto, presiden setelah Soekarno. Wallaahu a’lam bish shawab.

Pahlawan Itu

Pahlawan Itu
By: Muhammad Thaufani

Ex. Ketua LDF FKMI Iqtishad Fakultas Ekonomi Untan Periode 2011-2012
Menteri Kastrat BEM Untan Periode 2012-2013

Menurut Anis Matta,pahlawan itu tidak hanya dikagumi tapi pahlawan harus diteladani


Menarik ketika sewaktu masa kecil yang selalu terbayang di benak ingatan kita bahwa pahlawan itu mereka yang punya kekuatan atau mungkin super power dan yang sejernisnya. Ada yang bisa terbang,bergelantung dan masih banyak lagi.

Tapi sekali lagi bahwa itu dulu,di masa kecil sebagian dari saya dan mungkin anda.


Di usia kita sekarang ini,sepertinya kita kembali harus melakukan proses konstruksi, rekontruksi, dan dekonstruksi nilai-nilai pahlawan tersebut dalam kehidupan masyarakat.



Bisa jadi itulah sebabnya kenapa proses metamorfosa bangsa ini sangat stagnan dan tidak terjadi perubahan yang terlalu signifikan karena proses kekaguman selalu yang dikedepankan tanpa dibarengi keteladanan.

Nasionalime IM sejalan dengan apa yang diperjuangkan oleh para pejuang surabaya,, dimana di dalam definisi imam hasan al banna tentang nasionalisme adalah semangat perjuangan itu tidak terbatas oleh sekat maupun ruang dan waktu yang apabila terdapat seorang muslim berpijak maka itulah daerah perjuangan kita.

di dalam semangat para pejuang surabaya terdapat beberapa hal yang bisa kita peroleh di antaranya menghilangkan penjajahan di negeri surabaya dalam rangka penyerangan tentara inggris dan etika perjuangan yang digelorakan sangat khas dengan perjuangan para sahabat rasul dalam berperang,

oleh karena itu definisi itu tergantung kondisi realita dan konsep ideal yang harus bersinergis dalam kebutuhan masyarakat.

10 November, Pahlawan dan Masa Kini

Kebesaran arti pertempuran Surabaya, yang kemudian dikukuhkan sebagai Hari Pahlawan, bukanlah hanya karena begitu banyaknya pahlawan - baik yang dikenal maupun tidak di kenal yang telah mengorbankan diri demi Republik Indonesia. Bukan pula hanya karena lamanya pertempuran secara besar-besaran dan besarnya kekuatan lawan. Di samping itu semua, kebesaran arti pertempuran Surabaya juga terletak pada peran dan pengaruhnya, bagi jalannya revolusi waktu itu. Pertempuran Surabaya telah dapat menggerakkan rakyat banyak untuk ikut serta, baik secara aktif maupun pasif, dalam perjuangan melawan musuh bersama waktu itu, yaitu tentara Inggris yang melindungi (menyelundupkan) NICA ke wilayah Indonesia. Terliat bangsa ini tidak terlalu menghargai jasa para pahlawan. Bagaimana tidak, begitu banyak nyawa tercabut oleh malaikat maut yang lalu, sementara bangsa ini terus menyia-nyiakan izzah yang ia miliki. Krisis di segala bidang, krisis ekonomi, krisis politik, krisis kepercayaan dan lebih miris lagi krisis MORAL.Namun kini, totalitas perjuangan mereka semakin terlupakan. Ter


Potret hitam remaja yang memilukan. Terlihat dari sebuah fakta tentang Seks Bebas dibawah umur. 93,7 % pernah ciuman, petting, oral seks, 62,7% remaja SMP tidak perawan, 21,2 % remaja SMU pernah aborsi dan mirisnya 97% pernah nonton video porno. (Komnas Perlindungan Anak, 2004) Belum juga selesai, pemerintah bukannya bayar hutang, malah nambah hutang jadi 2100 Trilyun. Tak sadar 60% dana APBN Amerika mengalir dari saham kepemilikan mereka terhadap Freeport, serta tambang migas yang notabenenya dikuasai orang luar negeri.
=================================================================
Wahai Indonesiaku, Jika para pahlawan hadir disini, mereka INSYA ALLAH mengatakan “BODOHNYA KALIAN WAHAI ANAKKU, NEGERI 1001 BENCANA, NEGERI 1001 MAKSIAT, LOE GUE END!!!
=================================================================

Wahai sobat pecinta negeri ini, wahai sanak saudaraku, sadarlah. Mari bersama kita menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi intelektual, sosial, dan politik, mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera, serta mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran dengan apapun yang kita bisa. Mulai dari diri kita, jangan pernah lupakan sejarah, jangan pernah larut dalam sejarah, tapi teruskan perjuangan yang diukir oleh sejarah, bersungguh – sungguh dalam bekerja, bangkit bersama melawan korupsi, ga pacaran, galau-galauan, aktif organisasi, berwawasan luas, sehat jasmani dan rohani, dan bermanfaat bagi orang lain.

Pahlawan itu… (ana wa antum semue)

Pahlawan itu… (ana wa antum semue)
Peristiwa 10 November 1945 merupakan pertempuran yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pasalnya sekira 16 ribu nyawa hilang untuk mempertahankan kemerdekaan. Tenaga, pikiran bahkan nyawa adalah harga yang harus dibayar untuk mempertahankan kemerdekaan kala itu. Dan sampai sekarang, setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia diberi waktu untuk mengenang dan merenungkan kembali perjuangan para pahlawan terdahulu.
Mengisi kemerdekaan dengan belajar keras dan bekerja keras seharusnya bukan menjadi kata-kata klasik sepanjang masa. Terkhusus, kata-kata ini ditujukan pada anggota KAMMI di Kalimantan Barat. KAMMI adalah organisasi ekstra kampus yang menghimpun mahasiswa muslim seluruh Indonesia seca
ra lintas sektoral, suku, ras dan golongan. KAMMI menghimpun segenap mahasiswa muslim Indonesia yang bersedia bekerjasama membangun Negara dan bangsa Indonesia. Zaman yang kita hadapi sekarang berbeda dengan zaman sebelum kemerdekaan. Musuh yang kita hadapi sekarang juga berbeda dengan musuh yang dihadapi sebelum kemerdekaan. Bahkan cara yang kita pergunakan untuk perjuangan sudah seharusnya berbeda dengan cara sebelum kemerdekaan.
Pemuda mempunyai peran penting dalam melanjutkan tugas pada setiap sector penggerak pemerintahan nantinya. Sesuai dengan visi KAMMI, KAMMI merupakan wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan bangsa dan Negara Islami di Indonesia. Anggota KAMMI adalah harapan bangsa untuk meneruskan kemerdekaan. Ketika anggota KAMMI tidak produktif, jangan harap eksistensi KAMMI dapat kita lihat pada 50 tahun kemudian!
Tidak harus kita kembali ke masa lalu untuk kita dapat menyadari betapa kemerdekaan adalah sebuah anugerah dan perjuangan para pahlawan, bukan? Tidak harus kembali ada pertumpahan darah (lagi) untuk kita menyadari mengisi kemerdekaan adalah tugas kita, bukan? Semoga masih banyak anggota KAMMI yang mengamalkan belajar keras dan bekerja keras saat ini. Mari ambil bagian dalam mengisi kemerdekaan dengan melakukan tindakan membangun Indonesia lebih baik.
Kita harus menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri. Pahlawan yang akan selalu dikenang dari masa ke masa dari torehan sejarah yang dilakukan selama menjadi angota KAMMI. Perlu kita sadari, banyak hal yang bisa kita lakukan. Diantaranya adalah menjadi anggota atau pengurus yang aktif, sehingga dapat memberikan kontribusi riil terhadap perkembangan KAMMI di Kalbar yang akan menjadi warisan berharga untuk anggota dimasa yang akan datang. Keaktifan kita di KAMMI juga harus diimbangi dengan tidak lalainya kita terhadap amanah orang tua yaitu menjadi sarjana. Kita pasti bisa menjadi pahlawan untuk diri kita, keluarga, bangsa, dan agama.

JANGAN LUPAKAN 10 NOVEMBER


Pertempuran 10 November 1945 adalah peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia melawan pasukan sekutu (Inggris dan Belanda. Persitiwa besar yang terjadi di Kota Pahlawan Surabaya.
Ini adalah pertempuran pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Pertempuran Besar dan Terberat dalam sejarah revoluasi nasional Indonesia dan menjadi simbol Nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Penghinaan pihak sekutu (Belanda dan Inggris) atas kedaulatan Bangsa Indonesia yang baru saja diproklamirkan menjadi penyulut kemarahan arek arek Suroboyo saat itu, ditandai tengan insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, kemudian terbunuhnya Pimpinan Tentara Inggris AWS Mallaby, hing
ga keluarnya Ultimatum Inggris kepada warga Surabaya untuk menyerah pada sekutu. Hal ini semakin memancing kemarahan arek arek Suraboyo yang dipimpin pelopor muda Bung Tomo, mereka Bersatu untuk melawan serangan sekutu saat itu. Dengan kekuatan sekitar 20 ribu tentara Indonesia dibantu dengan 100 ribu sukarelawan,melawan tentara sekutu yang berjumlah sekitar 30 ribu (didukung dengan tank, pesawat tempur, dan kapal perang).


Pertempuran ini mengakibatkan korban jiwa sekitar 16.000 tewas dari pihak Indonesia dan sekitar 2.000 tewas dari pihak sekutu.


+====== REFLEKSI 10 NOVEMBER ======+


Melihat sejarah besar yang pernah terjadi pada 10 November 1945 di Kota Surabaya ini, menggambarkan begitu berani dan semangatnya arek arek Suroboyo saat itu, tanpa kenal takut akan kematian, mereka berjuang untuk Martabat dan Harga diri Bangsa Indonesa.


Tentu sebagai generasi muda saat ini, kita harus sadar, dan dapat menyelami begitu keras dan semangatnya pemuda Indonesia saat itu yang begitu mencintai bangsanya.

Yang kita hadapi saat ini bukan penjajahan dalam bentuk fisik, melainkan penjajahan dalam INTELEKTUAL, sadar atau tidak sadar saat ini bangsa Indonesia tengah terjajah dengan kekuatan kekuatan bangsa luar yang menanamkan penjajahan model baru yang diinjeksikan dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, dll.

Sadari itu kawan, BANGKIT dan kita tunjukkan kecintaankta terhadap Bangsa ini dengan terus berkarya dalam membangun Indonesia yang lebih baik.

Merdeka atau Mati!!!!

Masih adakah Spirit Kepahlawanan itu..???

Masih adakah Spirit Kepahlawanan itu..???
By: Dedi Kurniawan
Ex. Kepala Badan Kerohanian Mahasiswa Islam
Universitas Tanjungpura
Periode 2011 - 2012
Staff KP KAMMI Kalbar

Ketika mendengar kata Pahlawan mungkin yang terbesit di kepala kita adalah mereka yang telah berjasa dan berjuang dengan harta bahkan nyawa untuk mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan.
Kita sering menyaksikan bahwa setiap tanggal 10 november selalu di peringati sebagai hari pahlawan di negeri ini. Pertanyaan adalah sudahkah kita menyadari dan meresapi semangat kepahlawanan para pendahulu kita ? atau apakah perayaan tersebut hanya sebatas seremonial belaka? Lalu, Apakah saat ini kita hanya mengenal bahwa pahlawan itu adalah mereka yang mengorbankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan saja? Kalau begitu, adakah gelar pahlawan masa kini?
Pahlawan bukanlah untuk dikagumi, tapi untuk diteladani. Dulu, Para Pahlawan kita berjuang dengan fasilitas yang minim dan serba terbatas. Namun dengan tekad yang membara mereka mampu mengalahkan musuh – musuh. Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni Bung Tomo yang mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya radionya.
Zaman berubah seiring dengan perkembangan globalisasi. Kalau dulu, semangat perjuangan para pahlawan adalah semangat anti kolonialisme yang ditandai perang secara fisik, mereka telah berhasil mengusir para penjajah dari negri ini dan berhasil merebut kemerdekaan. maka sekarang, sejatinya para pahlawan harus berjuang melawan kemiskinan, kebodohan, korupsi dan tata nilai (sistem) yang merusak bahkan menghancurkan jati diri bangsa Indonesia.
Saat ini kita menyaksikan di wilayah Indonesia masih dihantui oleh berbagai krisis. Mulai dari krisis moral sampai pada krisis keteladanan atau krisis kepemimpinan. Tawuran pelajar/mahasiswa menjadi tak heran. Begitu juga dengan konflik horizontal, seolah – olah menjadi pemandangan yang biasa menghiasi media massa akhir – akhir ini. Masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan hukum, mereka telah memutuskan permasalahan dengan caranya sendiri. Belum lagi, penyakit kanker korupsi yang sudah mencapai stadium terakhir. Tambahan lagi kebijakan imperialisme begitu mengakar. Kita membutuhkan orang yang berani untuk melawannya. Kita membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya. Layaknya seorang pahlawan.
Menghadapi situasi seperti sekarang, kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Dalam konteks ini kita dapat mengisi makna Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun pada 10 November, termasuk pada hari ini. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang aman, damai, adil dan sejahtera.
Jika, kalau bukan kita yang memulai menjadi pahlawan? Lalu siapa lagi? Kita tidak bisa terus-terusan mengharapkan perubahan baik dari bangsa tanpa memberikan contoh berarti terlebih dahulu, bukan?
Mari hadirkan spirit ‘kepahlawanan” dalam diri kita.
Pemuda bisa menjadi pahlawan dengan cara terus berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Seorang guru juga adalah pahlawan karena dengan ilmunya, akan melahirkan pahlawan – pahlawan berikutnya. Seorang ilmuwan pun bisa menjadi pahlawan dalam bidangnya berkat penemuannya yang dapat menyejahterahkan orang banyak. Lalu seorang pegusaha dan politisi juga bisa menjadi pahlawan, selama orientasi kerjanya bukan untuk kepentingkan diri dan kelompoknya, namun untuk kepentingan rakyat.
“Pahlawan adalah cermin jati diri bangsa. Tanpa perjuangan mereka, mungkin tak ada sebuah Negara yang bernama Indonesia. Mereka lahir dari kondisi yang tak nyaman, penuh tantangan dan melalui masa – masa pembinaan yang panjang. Ikhlas bekerja, Rela berkorban dan tanpa pamrih adalah sikap para pahlawan.

-selamat hari pahlawan, 10 November 2012-

Wallahu’alam

Menanti Pahlawan Baru


Menanti Pahlawan Baru
By: Rahmat Syaiful
"Sang Orator"
Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
Komisariat Universitas Tanjungpura
Periode 2012-2013

Seakan Allah tentukan dengan sengaja, hari pahlawan di tahun ini tidak terlalu jauh jaraknya dengan hari paling bersejarah dalam kehidupan umat muslim, hari di mana masa kepahlawanan baru muncul, hadir melingkupi dua pertiga dunia.

***
            Adalah Abu Hafs Amirul Mukminin Umar ibnul khattab ra. sang furqan, yang menetapkan peristiwa hijrah dari mekkah ke madinah sebagai awal dari tahun hijriyah, bukan menjadikan hari lahir Nabi saw atau hari wafat ataupun hari dimana firman pertama di wahyu kan. Ia mengambil peristiwa hijrah sebagai permulaan tahun bukan tanpa alasan, satu di antara alasan ialah ketika memasuki tahun baru hijriyah umat muslim dapat kembali meresapi kisah di balik hijrah yang sarat makna, ia bukan sekedar perjalanan ratusan mil di padang gersang,melainkan penyampaian teladan oleh Nabi saw mengenai strategi dakwah, dimana beliau saw memilih pergi ke madinah dalam upaya menyiapkan strategi yang lebih matang untuk dakwah islam. Hijrah ini juga mengajarkan pengorbanan yang besar, kaum muslimin yang hijrah harus merelakan harta bendanya tertinggal di mekkah, merelakan terpisah jauh dengan sanak saudara. Dari hijrah ini juga mengantarkan kita pada hal menakjubkan yang mungkin tak kan pernah terulang di masa kepemimpinan siapapun kecuali Nabi saw. Tak ada satu Negara pun sebelum Negara madinah yang pernah menjadikan tamunya sebagai pimpinan tertingggi. Dia lah Rasulullah saw yang tatkala hadir memasuki Yatsrib di sambut dengan senandung yang kita kenal kini dengan shalawat badar. Dialah Rasulullah saw,.. Di nyatakan dalam riwayat hal ini dapat terjadi karena masyarakat telah siap dengan kepemimipinan Nabi yang mulia, kabar kebaikan Rasul saw telah sampai ke seluruh penjuru yatsrib, bahkan di nyatakan bahwa sebelum hijrah Nabi saw, tak ada satu rumah pun yang belum termasuki oleh islam. Itulah mengapa hari ini begitu penting untuk di ingat, masih banyak pelajaran lain yang dapat di ambil dari kisah hijrah.
***
            Di momen hari pahlawan dan tahun baru islam ini, paling tidak ada satu tokoh yang patut kita teladani dialah pemuda luar biasa, seorang hartawan yang amat rupawan, senantiasa wangi dan menjuntai panjang pakaiannya tatkala masih beragama yang lama, agama nenek moyangnya, namun wafat dalam keadaan mengenaskan, bahkan kafan pun tak mencukupi tuk menutupi jasadnya hingga harus menggunakan daun daun kering. Sosok pemuda gagah berani yang mengorbankan segala kenikmatan harta dunia serta cinta pada sang bunda untuk menjadi pionir dakwah rasul saw. Dialah sang diplomat Mush’ab bin Umair. Belum lama ia beriman, belum tua usianya, sekitar 23 tahun kala itu, namun Rasul saw memerintahkannya menjadi pembuka jalan dakwah di yatsrib. Tak mengecewakan, ia berhasil menyiapkan mental masyarakat yatsrib untuk menjadikan Negara mereka sebagai Negara Islam yang tunduk di bawah Undang-undang karya Muhammad saw. Hingga nama pun di konversi dari yatsrib menjadi Madinah Al Nabi yang kita kenal dengan sebutan Madinah. Sebuah Negara yang menjadi model Negara impian yang sampai saat ini belum ada Negara yang menyamai kesejahteraan Negara madinah.
***
            Sahabat fillah, banyak sahabat yang kita jadikan contoh, namun agaknya di momen kali ini Mush’ab bin Umair dapat menjadi pemantik semangat bagi kita dalam menjalankan tugas dan beban dakwah yang di pikulkan di pundak kita. Mush’ab telah mencatatkan namanya di lembar sejarah dengan indah. Kini, sekarang lah masa juang kita menegakkan kembali pilar pilar itu. Menjadikan islam sebagai solusi bagi problema yang ada di dunia ini. Para sejarawan islam sepakat bahwa abad kelima belas ini merupakan masa kebangkitan islam. Sekarang kita telah berada di sepertiga abad ini, hembusan angin segar senatiasa berhembus menantikan masa itu kembali. Masa itu tak kan lama lagi, 

demi malam yang terengah-engah, dan demi subuh yang mulai bernafas
(TQS At Takwir : 17-18)
Kita sekarang masih di kegelapan malam, namun malam pun mulai lelah. Masih gelap memang kita saat ini, tapi subuh sudah mulai akan menyingsingkan fajarnya. Kita sekarang berada di masa peralihan antara gelap malam dan benderang cahaya mentari pagi. Inilah momentum kepahlawanan kita, akan kah menjadi para para pejuang tegaknya yang akan menyaksikan betapa indahnya matahari terbit atau tidur di waktu ini, menarik selimut, menggulungkan dengan kencang membalut tubuh???

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik".
(TQS Yusuf : 108)




#Catatan ini terinspirasi oleh khutbah jum’at yang di sampaikan oleh Ust. Harjani Hefni dengan semangat menggelora